spot_img

Riyadhusshalihin (Bab Keyakinan dan Tawakkal) Sekelompok Orang Yang Masuk Surga

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم 

Dari abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:

يَدْخُلُ الْجَنَّةَ أَقْوَامٌ أَفْئِدَتُهُمْ مِثْلُ أَفْئِدَةِ الطَّيْرِ

“Akan ada sekelompok orang yang masuk surga, hati mereka seperti hatinya burung”. (HR. Ahmad 8382 & Muslim 7341).

Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadist dari Rasulullah beliau meriwayatkan sebanyak 5374 hadist padahal beliau hanya bersama Rasulullah kurang lebih 3 tahun namun kesungguhan beliau dalam menuntut ilmu sebagaimana kata Abu Hurairah sendiri:”Ketika orang – orang muhajirin sibuk dengan perdagangan mereka dan kaum anshar sibuk dengan kebun – kebun mereka, saya menyibukkan diri dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam”, beliau termasuk diantara ahlu suffah yaitu orang – orang yang khusus tinggal di masjid atau di dekat masjid untuk bermulazamah menuntut ilmu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan beliau pernah jatuh pingsan karena kelaparan antara mimbarnya Nabi dengan hujrahnya ‘Aisyah karena kesungguhan beliau dalam menuntut ilmu dan beliau pernah mengeluh mengadu kepada Nabi akan hadist – hadist yang beliau hafalkan terkadang beliau lupa, Nabi kemudian berkata:”Datangkan kainmu (Ar Rida) atau yang biasa beliau kenakan seperti serban atau selandang”, dan ketika beliau membentangkannya didoakan oleh Rasulullah dan melipatnya kembali setelah itu beliau tidak pernah lagi lupa apa yang beliau dengar Dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidaklah orang yang cinta kepada Abu Hurairah melainkan hal itu adalah alamat keimanan dan tidak ada yang benci Abu Hurairah melainkan itu adalah alamat kemunafikan, sebagaimana rekomendasi dan pujian yang diberikan oleh Rasulullah kepada beliau Radhiyallahu ‘anhu.   

أَفْئِدَةِ (hati) Allah berfirman:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya“. (QS. Al-Isra: 36).

Yang mahsyur di Indonesia artinya adalah hati walaupun sebenarnya ini sudah terlanjur dikenal namun kurang pas karena hati sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah dalam hadist:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً . الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَكْذِبُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ . التَّقْوَى هَهُنَا –وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ – بِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dia berkata:“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya”. (Riwayat Muslim)

Orang indonesia mengatakan bahwa hati itu liver padahal hati yang dimaksud oleh Rasulullah adalah jantung, ini sudah mahsyur atau sudah dikenal, أَفْئِدَةِ artinya hati tempat bersemayamnya iman, hati sebagaimana kata Syaikhul Islam ibnu Taimiyah adalah:”Raja dari seluruh anggota tubuh, jika raja itu baik maka baik seluruh prajuritnya jika raja atau pemimpinnya atau presidennya itu buruk maka pendamping – pendangmpingnya dan prajurit – prajuritnya juga menjadi buruk, dan beliau berkata:”Hati adalah tempat Allah Subhanahu wata’ala menilai seorang hamba”, amalan yang dikerjakan berbeda antara yang satu dengan yang lain dari sisi pahala dan keutamaannya tergantung kondisi orang yang memiliki hati atau yang mengerjakannya, terkadang ada orang atau 2 orang yang sholat berdampingan, sholatnya sama, gerakannya sama, bacaannya sama, wiridnya sama namun keutamaannya atau pahalanya ibarat langit dan sumur bor bukan hanya bumi, ini kembali kepada hatinya atau apa yang ada didalam hatinya.

Hadist ini menunjukkan keyakinan dan tawakkal yang luar biasa kepada Allah sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pada hadist yang lain, dari sahabat Umar Radhiyallahu ‘anhu beliau berkata:”Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً

Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang”. (HR. Ahmad (1/30), Tirmidzi no. 2344, Ibnu Majah no. 4164).

Ini makna dari hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang kita bahas diatas bahwasanya mereka akan masuk ke dalam surga ketika hati mereka seperti hati seekor burung yaitu mereka memiliki tawakkal dan keyakinan yang sempurna kepada Allah Subhanahu wata’ala terutama hal – hal yang berkaitan dengan masalah rezeki, Allah Subhanahu wata’ala berfirman di dalam Al-Qur’an:

وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ

“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rejekimu, dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu”. (QS. Adz Zariyat :22).

Sebagian ulama menafsirkan رِزْقُكُمْ dalam ayat ini adalah awan dan hujan, sebagaimana firman Allah:

هُوَ الَّذِي أَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لَّكُم مِّنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ

“Dialah Tuhan yang menurunkan hujan dari langit bagi kalian. Diantara air hujan itu ada yang menjadi minuman, ada yang menumbuhkan pepohonan, dan ada pula yang menumbuhkan rerumputan yang menjadi makanan bagi ternak kalian”. (QS: An-Nahl: 10).

أَوَ لَمۡ يَرَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَنَّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ كَانَتَا رَتۡقٗا فَفَتَقۡنَٰهُمَاۖ وَجَعَلۡنَا مِنَ ٱلۡمَآءِ كُلَّ شَيۡءٍ حَيٍّۚ أَفَلَا يُؤۡمِنُونَ

”Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman”. (QS. Al-Anbiya’: 30).

Dilangit rezeki kita ditakdirkan oleh Allah Subhanahu wata’ala bahkan sebelum kita diciptakan, dialah Allah yang mengatur semua urusan, jadi semua yang terjadi didunia ini semua telah ditakdirkan oleh Allah Subhanahu wata’ala, dalam hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Sesungguhnya Ruhul Qudus (malaikat Jibril) membisikkan ke dalam benakku bahwa jiwanya tidak akan wafat sebelum lengkap dan sempurna rezekinya. Karena itu hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah dan memperbaiki mata pencahariaanmu. Apabila datangnya rezeki itu terlambat, janganlah kamu memburunya dengan jalan bermaksiat kepada Allah, karena apa yang ada disisi Allah hanya bisa diraih dengan ketaatan kepada-Nya”. (HR. Abu Dzar dan Al Hakim).

Tawakkal yang sebenarnya adalah setelah seseorang itu memaksimalkan ikhtiar, atau usaha, burung dipermisalkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan kesempurnaan tawakkal namun burung tersebut tidak tinggal disarangnya bahkan dia keluar dalam keadaan dan kondisi yang lapar namun dia mencari dengan paruhnya, cakarnya bahkan dia bawakan makanan untuk anak-anaknya yang ada disarang, jadi tawakkal yang sempurna adalah ketika seseorang telah memaksimalkan usahanya baru setelah itu ia menyerahkan sepenuhnya kepada Allah Subhanahu wata’ala.

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya”. (QS. Ath-Thalaq : 3).

Sifat tawakkal akan mewariskan dalam hati seorang hamba ketenangan, kelapangan karena ketika dia telah mengerahkan seluruh usahanya dia sadar dan yakin bahwa setelahnya yang terbaik adalah apa yang ditakdirkan oleh Allah Subhanahu wata’ala walaupun mungkin dimatanya tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan atau apa yang ia usahakan. Salah seorang sahabat yang bernama Ubadah Ibn Shamit berkata:”Engkau tidak akan merasakan lezatnya hidup sampai engkau mengetahui apa yang sudah ditentukan untukmu maka tidak ada yang mampu mencegahnya dan apa yang bukan untuk mu tidak ada yang mampu memberikannya”.

Wallahu a’lam Bish Showaab 


Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Sabtu, 25 Jumadil Akhir 1439 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : https://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.