spot_img

Riyadhussholihin, Keyakinan dan Tawakkal Dalam Surah Al – Anfal

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”. (QS. Al-Anfal: 2).

Dari sahabat yang mulia Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

كُنْتُ عِنْدَ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ فَقَالَ أَيُّكُمْ رَأَى الْكَوْكَبَ الَّذِي انْقَضَّ الْبَارِحَةَ قُلْتُ أَنَا ثُمَّ قُلْتُ أَمَا إِنِّي لَمْ أَكُنْ فِي صَلَاةٍ وَلَكِنِّي لُدِغْتُ قَالَ فَمَاذَا صَنَعْتَ قُلْتُ اسْتَرْقَيْتُ قَالَ فَمَا حَمَلَكَ عَلَى ذَلِكَ قُلْتُ حَدِيثٌ حَدَّثَنَاهُ الشَّعْبِيُّ فَقَالَ وَمَا حَدَّثَكُمْ الشَّعْبِيُّ قُلْتُ حَدَّثَنَا عَنْ بُرَيْدَةَ بْنِ حُصَيْبٍ الْأَسْلَمِيِّ أَنَّهُ قَالَ لَا رُقْيَةَ إِلَّا مِنْ عَيْنٍ أَوْ حُمَةٍ فَقَالَ قَدْ أَحْسَنَ مَنْ انْتَهَى إِلَى مَا سَمِعَ وَلَكِنْ حَدَّثَنَا ابْنُ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ عُرِضَتْ عَلَيَّ الْأُمَمُ فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ وَمَعَهُ الرُّهَيْطُ وَالنَّبِيَّ وَمَعَهُ الرَّجُلُ وَالرَّجُلَانِ وَالنَّبِيَّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ إِذْ رُفِعَ لِي سَوَادٌ عَظِيمٌ فَظَنَنْتُ أَنَّهُمْ أُمَّتِي فَقِيلَ لِي هَذَا مُوسَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَوْمُهُ وَلَكِنْ انْظُرْ إِلَى الْأُفُقِ فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِي انْظُرْ إِلَى الْأُفُقِ الْآخَرِ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِي هَذِهِ أُمَّتُكَ وَمَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ ثُمَّ نَهَضَ فَدَخَلَ مَنْزِلَهُ فَخَاضَ النَّاسُ فِي أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ فَقَالَ بَعْضُهُمْ فَلَعَلَّهُمْ الَّذِينَ صَحِبُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ فَلَعَلَّهُمْ الَّذِينَ وُلِدُوا فِي الْإِسْلَامِ وَلَمْ يُشْرِكُوا بِاللَّهِ وَذَكَرُوا أَشْيَاءَ فَخَرَجَ عَلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا الَّذِي تَخُوضُونَ فِيهِ فَأَخْبَرُوهُ فَقَالَ هُمْ الَّذِينَ لَا يَرْقُونَ وَلَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَتَطَيَّرُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ فَقَامَ عُكَّاشَةُ بْنُ مِحْصَنٍ فَقَالَ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ أَنْتَ مِنْهُمْ ثُمَّ قَامَ رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ سَبَقَكَ بِهَا عُكَّاشَةُ

“Saya pernah bersama Sa’id bin Jubair lalu dia berkata:”Siapa di antara kalian yang melihat bintang jatuh semalam?”, Aku menjawab:”Aku”. Kemudian aku berkata:”Tapi aku tidak sedang mengerjakan shalat. Aku terbangun karena aku disengat (binatang)”, Sa’id lalu berkata:”Lantas apa yang kamu perbuat?”, Aku menjawab:”Aku meminta untuk diruqyah”, Sa’id bertanya:”Apa yang alasanmu sampai meminta diruqyah? ‘ Aku menjawab, ‘Sebuah hadits yang Asy Sya’bi ceritakan kepadaku.’ Sa’id bertanya lagi, ‘Apa yang diceritakan Asy Sya’bi kepada kalian.’ Aku menjawab, ‘Dia telah menceritakan kepada kami dari Buraidah bin Hushaib Al Aslami, bahwa dia berkata, “Tidak ada ruqyah kecuali disebabkan oleh penyakit ‘ain dan racun (sengatan binatang berbisa).” Maka Sa’id pun menjawab, “Sungguh sangat baik orang melaksanakan dalil yang telah ia dengar.” Hanya saja Ibnu Abbas telah menceritakan kepada kami dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

“Telah ditampakkan padaku semua umat. Aku melihat seorang nabi yang hanya memiliki beberapa pengikut (3 sampai 9 orang). Ada juga nabi hanya memiliki satu atau dua orang pengikut saja. Bahkan ada nabi yang tidak memiliki pengikut sama sekali. Tiba-tiba diperlihatkan kepadaku sekumpulan orang, maka aku menyangka bahwa mereka adalah umatku. Ada yang berkata padaku, ‘Mereka adalah Nabi Musa ‘alaihis salam dan pengikutnya. Tetapi lihatlah ke ufuk.’ Lalu aku pun memandang, ternyata ada kumpulan kaum yang besar yang berwarna hitam (yakni saking banyaknya orang kelihatan dari jauh). Lalu dikatakan lagi kepadaku, ‘Lihatlah ke ufuk yang lain.’ Ternyata di sana juga terdapat kumpulan kaum yang besar yang berwarna hitam. Dikatakan kepadaku, ‘Ini adalah umatmu dan bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang akan memasuki surga tanpa dihisab dan disiksa‘.”

Setelah menceritakan itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bangkit lalu masuk ke dalam rumahnya. Orang-orang lalu memperbincangkan mengenai mereka yang akan dimasukkan ke dalam surga tanpa dihisab dan tanpa disiksa. Sebagian dari mereka berkata, “Mungkin mereka adalah orang-orang yang selalu bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Ada pula yang mengatakan, “Mungkin mereka adalah orang-orang yang dilahirkan dalam Islam dan tidak pernah melakukan perbuatan syirik terhadap Allah.” Mereka mengemukakan pendapat masing-masing. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menemui mereka, lalu beliau bertanya, “Apa yang telah kalian perbincangkan?” Mereka pun menerangkannya kepada beliau. Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang tidak meruqyah, tidak meminta untuk diruqyah, tidak melakukan thiyaroh (beranggapan sial) dan hanya kepada Allah mereka bertawakal.”

‘Ukkasyah bin Mihshan berdiri lalu berkata, “Berdoalah kepada Allah agar aku termasuk bagian dari mereka.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau termasuk bagian dari mereka.” Kemudian ada lagi yang berdiri dan berkata, “Berdoalah kepada Allah agar aku termasuk bagian dari mereka.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ukkasyah telah mendahuluimu”. (HR. Bukhari no. 5752 dan Muslim no. 220)

Diperlihatkan kepadaku seluruh ummat, sebagian ulama ada yang mengatakan:Kemungkinan beliau melihatnya didalam mimpi dan mimpi para Nabi itu adalah hak yang merupakan wahyu dari Allah Subhanahu wata’ala dan beliau diperlihatkan kondisi dan keadaan yang akan terjadi dihari kemudian, Rasulullah berkata:”Saya melihat ada Nabi yang di ikuti oleh Ar Ruhai,  Ar Ruhai tasgir dari kata Ar Rahtu (Jumlah di bawah 10 ada yang mengatakan dari 3 sampai 1, yang lain mengatakan dari 7 sampai 10 tetapi dibawah 10 disebut dengan Ar Rahtu yang dikenal dengan hadisu rahtu, jadi pada hari kiamat ada Nabi yang di ikuti oleh pengikutnya bisa dihitung jari kurang dari 10 orang padahal dia berdakwah dan menggunakan semua uslub dakwah, dia cerdas menyampaikan risalah dari Allah, ia berdakwah siang dan malam menjalankan perintah Allah, namun pengikutnya hanya sedikit, disini kita dapat mengambil faedah bahwasanya hidayah ditangan Allah Subhanahu wata’ala dan keikhlasan seorang da’i tidak diukur dari sedikitnya atau banyaknya orang yang mengikuti pengajiannya, karena ada Nabi yang datang menghadap kepada Allah dimana pengikutnya tidak sampai 10 orang, bahkan ada Nabi yang tidak ada pengikutnya,

Rasulullah bersabda:”Tiba – tiba ditampakkan dihadapanku hitam yang sangat besar”, ini menunjukkan orang yang sangat banyak, biasanya jika orang berkumpuul disuatu tempat yang banyak maka akan terlihat hitam karena rambut mereka lebih mendominasi, Rasululullah berkata:“Saya mengira mereka itu ummatku”, jadi Rasulullah mengira yang banyak ini adalah ummatnya, dikatakankepada Muhammad:”Ini musa beserta kaumnya bukan kaummu wahai Muhammad“, dari semua Nabi dan Rasul yang paling banyak pengikutnya adalah Nabi Musa ‘Alaihissalam dari kaum bani israil setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, dikatakan kepada Rasulullah:”Akan tetapi coba lihat ke ufuk wahai Muhammad (arah yang lain)“, Rasulullah berkata:”Saya kemudian melihat”,Ternyata di sana juga terdapat kumpulan kaum yang besar yang berwarna hitam, dikatakan kepada muhammad:”Inilah Ummatmu wahai Muhammad”, semoga kita semua termasuk didalamnya pada hari kemudian  yang dipelihatkan kepada Rasulullah ummatnya dan dikatakan kepada Rasulullah:“Bersama mereka dari Ummatmu ini wahai Muhammad 70. 000 orang yang akan dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab dan tanpa azab”, disini berlaku kayakinan dan tawakkal, andaikan dikatakan cuman satu maka kita harus yakin bahwa yang satu itu adalah diri kita sendiri apalagi jika 70. 000 orang, olehnya jangan berkecil hati, apalagi dalam sebagian riwayat Rasulullah meminta tambahan kepada Allah Subhanahu wata’ala, sebagaimana dalam riwayat Ahmad yang dishahihkan oleh para ulama kita beliau dijanji oleh Allah bahkan dari yang 70.000 dibuat menjadi kelipatan 1000 jadi ada 70.000 dari 70.000 yang awal sehingga menjadi 4.900.000,

Para ulama berkata maksud tidak dihisab disini adalah diringankan hisabnya karena Allah Subhanahu wata’ala berfirman didalam Al-Qur’an:

فَأَمَّا مَنْ أُوْتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِيْنِهِ (7) فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيْرًا (8) وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُوْرًا (9)

“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira”. (QS. Al-Insyiqaaq: 7-9).

Ketika ‘Aisyah mendengar Rasulullah mengatakan:”Siapa yang dipermasalahkan dalam hisabnya pasti di azab”, akhirnya beliau mengatakan:”Ya Rasulullah mengapa seperti itu bukankah Allah mengatakan:”Siapa yang menerima kitabnya dari sebelah kanan akan dihisab dengan hisab yang ringan lalu mengapa anda mengatakan siapa yang dihisab maka ia akan diazab”, Rasulullah menjelaskan:

“Yang dimaksudkan dalam ayat itu adalah apa yang dikenal dengan Al Ardu”, yang dimaksud dengan Al Ardu adalah ketika Allah Subhanahu wata’ala berbicara dengan hambanya dan semoga kita semua termasuk dalam golongan ini, olehnya sering kita berdoa dalam dzikir pagi dan petang:

اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ

“Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari muka, belakang, kanan, kiri dan atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (oleh ular atau tenggelam dalam bumi dan lain-lain yang membuat aku jatuh)”.

Orang kafir, orang fajir, orang fasik dihisab dihari kemudian secara terbuka yang disaksikan oleh semua manusia, sebagaimana kita melihat persidangan yang ada di TV yang disiarkan secara live seperti kasus jesica yang lalu yaitu kasus kopi sianida, adapun orang yang beriman yang disebut dengan Al Ardu hanya antara dia dengan Allah tidak ada penerjemah antara dirinya dengan Allah Subhanahu wata’ala, catatan amalannya diperlihatkan sedetil – detilnya, kemudian ia ditanya:”Wahai hambaku apakah engkau melakukan ini”, semua ditanyakan kepadanya sampai ketika ia mengira dirinya akan binasa, Allah kemudian berkata kepadanya:”Karena dulu didunia aku telah menutupi aibmu, hari ini aku akan mengampuni mu, masuklah engkau ke dalam surga”, 

Kita dipuji oleh orang karena mereka tidak mengetahui aib kita, andaikan kalian tahu apa yang aku tahu tentang diriku  maka kalian akan menaburkan pasir diatas kepalaku, Ibnu Mas’ud berkata:”Andaikan kalian tahu apa yang aku lakukan setelah aku menutup pintuku maka tidak ada yang rela mengikuti aku, tetapi Allah menutup aib kita”, oleh karenanya salah satu amalan yang menjadi sebab Allah menutup aib kita yaitu dengan menutup aib saudara – saudara kita, Rasulullah bersabda:

لَا يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِي الدُّنْيَا إِلَّا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak. (Shahih Muslim).

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ فِي الدُّنْيَا يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ فِي الدُّنْيَا سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

“Barangsiapa yang meringankan (menghilangkan) kesulitan seorang muslim kesulitan-kesulitan duniawi, maka Allah akan meringankan (menghilangkan) baginya kesulitan di akhirat kelak. Barangsiapa yang memberikan kemudahan bagi orang yang mengalami kesulitan di dunia, maka Allah akan memudahkan baginya kemudahan (urusan) di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selalu ia menolong saudaranya”. (HR. Tirmidzi)

Apalagi jika ia adalah orang yang nampak kejujuran darinya, misalnya ia pernah melakukan dosa dimasa silam kemudian ia mau bertaubat maka jangan ia singkap dosa yang pernha ia kerjakan dimasa lalu, bahkan ulama kita menyebutkan diantara seorang Ustadz atau seorang Mufti  jangan ia menyingkapnya atau menceritakan, bahkan ulama kita menyebutkan:”diantara adab seorang Ustadz atau seorang Mufti jika ada orang yang mau bertanya kepadanya untuk hijrahnya, misalkan nampak dari raut mukanya penyesalan kemudian ia menyampaikan kepada ustadz keinginannya untuk bertaubat:”Ya Ustadz saya mau bertaubat kepada Allah”, ia mau menceritakan masa lalu kelamnya maka diantara adab seorang Ustadz ia berkata:”Cukup akhi, jangan ceritakan masa lalumu tetapi bertaubatlah kepada Allah”, olehnya tidak dibenarkan seorang Ustadz atau Mufti kepo terhadap masa lalu yang kelam dari seseorang yang mau bertaubat.

عن سالم بن عبد اللّه قال: سمعت أبا هريرة يقول سمعت رسول اللّه صلّى اللّه عليه وسلّم- يقول: كلّ أمّتي معافى إلّا المجاهرين، وإنّ من المجاهرة أن يعمل الرّجل باللّيل عملا، ثمّ يصبح وقد ستره اللّه فيقول: يا فلان عملت البارحة كذا وكذا، وقد بات يستره ربّه، ويصبح يكشف ستر اللّه عنه

Dari Salim bin Abdullah, dia berkata, Aku mendengar Abu Hurairah Radhiyallahu’ anhu bercerita bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:”Setiap umatku akan mendapat ampunan, kecuali mujahirin (orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa). Dan yang termasuk terang-terangan berbuat dosa adalah seseorang berbuat (dosa) pada malam hari, kemudian pada pagi hari dia menceritakannya, padahal Allah telah menutupi perbuatannya tersebut, yang mana dia berkata:”Hai Fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begitu’. Sebenarnya pada malam hari Rabb-nya telah menutupi perbuatannya itu, tetapi pada pagi harinya dia menyingkap perbuatannya sendiri yang telah ditutupi oleh Allah tersebut”. (HR. Bukhari (6069) dalam kitab Fathul Bari dan lafadz ini milik Bukhari, dan riwayat Muslim (2990)). Semua kita memiliki banyak dosa oleh karenanya jangan ceritakan dosa tersebut kepada orang lain.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

Seluruh anak Adam berdosa, dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat” (HR Ibnu Maajah no 4241, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani).

Wallahu a’lam Bish Showaab 

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.