spot_img

Riyadhussholihin “Muraqabatullah” Hadist Jibril (Islam, Iman, Ihsan, Kiamat) Beritahukan Kepadaku Tentang Ihsan

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Orang ini (malaikat) berkata:“Beritahukan kepadaku tentang ihsan”.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu”. Perkataan ini menunjukkan bahwa Allah tidak bisa dilihat, Nabi Musa pernah berkata kepada Allah:”Biarkan aku melihatmu Ya Allah“, Nabi Musa adalah Nabi yang  mendengarkan langsung perkataan Allah Subhanahu wata’ala, Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلًا لَمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ ۚ وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا

Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung”. (QS. An-Nisa’ : 164).

Ketika Nabi Musa mendengar suara Allah ia kemudian rindu untuk melihat wajah Allah karena merasakan ketenangan ketika mendengar suara Allah, terkadang kita membaca Al-Qur’an dengan suara yang indah sehingga membuat kita menangis dan hati kita tentram maka tidakkah itu membuat kita untuk rindu berjumpa dengan pemilik Al-Qur’an dialah Allah Subhanahu wata’ala, Allah berfirman:

وَلَمَّا جَاءَ مُوسَىٰ لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَٰكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًا ۚ فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ

“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman”. (QS. Al-A’raf : 143).

Kata:

لَنْ تَرَانِي

dalam ayat tersebut menunjukkan tidak mungkin atau tidak akan bisa dilihat beda dengan lam karena kata lam masih bisa. Sebuah gunung yang kokoh dan makhluk Allah yang paling kuat dimana Allah menjadikan gunung sebagai penyeimbang atau pasak bumi agar bumi tidak bergoncang menjadi hancur lebur tatkala Allah hendak menampakkan dirinya, Rasulullah pernah ditanya tentang perjalanan isra dan miraj:”Ya Rasulullah apakah engkau melihat tuhanmu dalam perjalanan isra dan miraj”, beliau mengatakan:”Ada cahaya yang menghalangi pandangan saya”, sehingga Nabi tidak bisa melihat Allah Subhanahu wata’ala, di dunia kita tidak bisa melihat Allah adapun di akhirat kita bisa melihat Allah Subhanahu wata’ala, Allah berfirman:

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat”. (QS. Al-Qiyamah : 22-23). Dalam ayat yang lain:

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ وَلا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلا ذِلَّةٌ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (melihat wajah Allah Ta’ala). Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya”. (QS. Yunus : 26).

Tambahan yang dimaksud adalah memandang wajah Allah, bahkan Rasulullah langsung menyampaikan kepada para sahabat, beliau berkata:

إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ، كَمَا تَرَوْنَ هَذَا القَمَرَ، لاَ تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ

“Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian (pada hari kiamat), sebagaimana kalian melihat bulan ini (purnama). Kalian tidak berdesak-desakan ketika melihat-Nya”. (HR. Bukhari no. 554, 573, 4851, 7434 dan Muslim no. 633).

Semoga Allah Subhanahu wata’ala memberikan kita kehormatan untuk memandang wajahnya dihari kemudian dengan pandangan keridhoan dan ini adalah kenikmatan surga yang paling tinggi, di dunia kita beribadah kepada Allah kita tidak melihatnya namun kita yakin Allah melihat kita, “Yang melihatmu ketika engkau berdiri sholat dan sujudmu bersama dengan orang – orang yang sujud“, inilah inti dan maksud dari Imam Nawawi Rahimahullah meletakkan hadist ini dalam bab muraqabah, bagaimana seorang hamba senantiasa merasa dan yakin dilihat oleh Allah Subhanahu wata’ala sehingga ia tidak bersembunyi dari Allah Subhanahu wata’ala.

Ketika ada orang sholeh diajak berzina oleh salah seorang pezina ia kemudian menutup semua pintu dan berkata:”Tidak ada yang melihat kita kecuali bintang – bintang dilangit”, ia menjawab:”Jika demikian dimanakah yang menciptakan bintang – bintang itu”, Allah Subhanahu wata’ala maha melihat apa yang kita lakukan bahkan apa yang kita sembunyikan dalam hati –hati kita.

Wallahu a’lam Bish Showaab 

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.