spot_img

Riyadhussholihin “Muraqabatullah” Hadist Jibril (Islam, Iman, Ihsan, Kiamat)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Hadist yang akan kita bahas diriwayatkan dari Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu, beliau khalifah yang kedua setelah Abu Bakar as Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu dan beliau diberi gelar dengan Al Faruq, Umar dipersaksikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam diantara sahabat yang termasuk penghuni surga, Rasulullah pernah diperlihatkan surga dan beliau melihat di dalamnya ada bidadari, ketika Rasulullah bertanya:”Punya siapa istana ini”, Malaikat berkata:”Miliknya umar”, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian memalingkan pandangannya dan ketika disampaikan kepada Umar, Umar berkata:”Apakah aku cemburu kepadamu Ya Rasulullah“.

Umar bin Khattab sebagaimana yang disampaikan oleh Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu:”Tidaklah kami sholat terang – terangan melainkan telah masuknya Umar bin Khattab ke dalam agama islam”, Umar bin Khattab yang mana syaithan sendiri takut kepada beliau sebagaimana persaksian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Para sahabat Radhiyallahu anhum berhijrah ke Madinah secara sembunyi – sembunyi, adapun Umar Radhiyallahu ‘anhu beliau berhijrah dengan terang – terangan sehingga beliau benar – benar digelari dengan Al Faruq, Al Faruq artinya pembeda yang dengannya Allah Subhanahu wata’ala memberikan kemuliaan kepada islam dan ini termasuk diantara istijabah yaitu pengabulan doa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dimana beliau pernah berkata dalam doanya:”Ya Allah berilah kejayaan dan kemuliaan kepada agama islam dengan salah satu diantara 2 Umar yang paling engkau cintai”, Umar yang pertama adalah Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu dan yang kedua adalah Amr bin Hisyam atau Abu Jahal.

Hadist yang beliau riwayatkan:

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضًا قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ, لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ, حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم, فأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ, وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ, وَ قَالَ : يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِسْلاَمِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ : صَدَقْتُ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْئَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ, قَالَ : أَنْ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. قَالَ : صَدَقْتَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ : مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا, قَالَ : أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا, وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِيْ الْبُنْيَانِ, ثم اَنْطَلَقَ, فَلَبِثْتُ مَلِيًّا, ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرُ, أَتَدْرِيْ مَنِ السَّائِل؟ قُلْتُ : اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ : فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata:”Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata : “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam”,Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu berkata:”Engkau benar”, maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.
Kemudian ia bertanya lagi:”Beritahukan kepadaku tentang Iman”.
Nabi menjawab:”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata:”Engkau benar”,
Dia bertanya lagi:“Beritahukan kepadaku tentang ihsan”.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu”.
Lelaki itu berkata lagi :”Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?”
Nabi menjawab:”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya”.
Dia pun bertanya lagi:”Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!”.
Nabi menjawab:”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi”. Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku:”Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?”,
Aku menjawab:”Allah dan RasulNya lebih mengetahui”, Beliau bersabda:”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian”. (HR. Muslim: no. 8).

Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Ini menunjukkan bagaimanan semangat para sahabat untuk bermajelis di majelis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam rangka istifada dan mengambil ilmu dari beliau, hal ini juga menunjukkan keutamaan duduk langsung di majelis namun walaupun mungkin ada beberapa cara atau wasilah yang bisa digunakan untuk mendapatkan ilmu terutama dizaman ini baik melalui live facebook, youtube, medsos  atau rekaman sehingga ilmu bisa sampai atau bahkan ketika kita berada diatas pembaringan namun tentu hakikatnya tidak sama dengan yang hadir langsung di majelis. Hadir langsung di majelis ilmu merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh para sahabat, walaupun Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu salah seorang sahabat yang kadang memiliki kesibukan dan jika beliau sedang sibuk maka beliau dengan tentangganya bergantian untuk mendatangi majelis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam namun kebanyakan beliau hadir langsung dimajelis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Duduk dengan orang – orang sholeh dan ahlu ilmu dan para penuntut ilmu ini dapat menambah keimanan kita dan rasa takut kita kepada Allah dan mengingatkan kita akan kehidupan akhirat sebagaimana perkataan Hanzalah ketika ia menyampaikan kondisi hatinya kepada Abu Bakar As Shiddiq dan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bahwasanya ketika berada dimajelis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian Rasullullah menceritakan surga dan neraka seakan – akan telah berada di depan beliau, maka dari itu hendaknya kita memperbanyak menghadirkan diri di majelis – majelis ilmu.

Umar bin khattab berkata:”Duduk di dekat Rasululah Shallallahu ‘alaihi wasallam”.

Tentu ini adalah kemuliaan dan kedudukan yang paling mulia yaitu ketika bisa berjumpa dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan diantara cara untuk mendapatkan ilmu dengan baik adalah dengan mulazamah, sebagaimana Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, beliau selalu bersama dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam hanya kurang lebih 3 sampai 4 tahun akan tetapi beliau adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadist dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu senantiasa bermulazamah dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau senantiasa beriringan dengan Rasulullah ketika masuk ke masjid, ke rumah Rasulullah dan ketika keluar bersama dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam

Dalam hadist ini tidak disebutkan siapa lelaki tersebut walaupun diakhir hadist Nabi menyampaikan kepada Umar siapa lelaki tersebut dan beliau adalah malaikat Jibril ‘Alaihissalam yang datang ke majelis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, jadi yang datang adalah malaikat jibril sehingga hadist yang panjang  ini juga disebut dengan hadist Jibril yang diriwayatkan oleh Umar Radhiyallahu ‘anhu.

Datang dalam rupa seorang lelaki

Menunjukkan bahwasanya para malaikat memiliki kemampuan untuk berubah bentuk walaupun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melihat Jibril dalam bentuk wujud aslinya secara langsung sebanyak 2 kali yaitu sekali di dunia dan sekali dilangit. Adapun Rasulullah melihat wujud asli Jibril di dunia yaitu ketika di gua hira sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala di dalam Al-Qur’an:

عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَىٰ ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَىٰ وَهُوَ بِالْأُفُقِ الْأَعْلَىٰ ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّىٰ فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَىٰ فَأَوْحَىٰ إِلَىٰ عَبْدِهِ مَا أَوْحَىٰ مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَىٰ

“Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli. sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya”. (QS. An-Najm : 5-11).

Rasulullah bersabda:

رَأَى مُحَمَّدٌ ﷺ جِبْرِيْلَ لَهُ سِتُّمِائَةِ جَنَاحٍ قَدْ سَدَّ الأُفُق

Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam melihat Jibril (dalam wujud aslinya pen.). Ia memiliki 600 sayap yang menutupi langit”. (HR. An-Nasai).

Malaikat Jibril adalah malaikat yang paling besar, disini kita dapat mengambil pelajaran bagaimana kekuatan tentara – tentara Allah bahkan Rasulullah menyebutkan ada malaikat diantara malaikat pemikul arsy jarak antara daun telinga dan pundaknya disebutkan dalam hadist:

أُذِنَ لِىْ أَنْ أُحَدِّثَ عَنْ مَلَكٍ مِنْ مَلاَئِكَةِ اللهِ مِنْ حمَلَةِ الْعَرْشِ مَا بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِهِ إلَى عَاتِقِهِ مَسِيْرَةُ سَبْعِمِائَةِ سَنَةٍ.

“Aku diidzinkan untuk menceritakan tentang salah satu malaikat Allah pemikul arasy, yaitu antara daging telinga (tempat anting. pen) dengan pundaknya sejauh tujuh ratus tahun perjalanan”. (HR. Abu Dawud no 4727).

Pertamuan Rasulullah dengan malaikat Jibril membuat Rasulullah menggigil setelah pulang ke rumahnya kemudian beliau berkata kepada khadijiah:” Selimuti aku, selimuti aku, selimuti aku”, beliau demam setelah melihat Jibril dalam wujud aslinya pertama kali.

Sebagaimana halnya ketika kita melihat orang asing yang baru datang ke indonesia seperti orang Afrika dengan tinggi 2 meter maka kita akan melihatnya dengan mata terbelalak, begitu pula ketika kita ke Afrika mereka juga heran melihat kita dengan berkata:”Ada makhluk kecil seperti ini”,  kesempatan yang kedua dimana Rasulullah melihat Jibril secara langsung diatas langit adalah ketika dalam perjalanan isra dan miraj diatas sidratul muntaha.

Harist bin Hisyam ketika beliau bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam:”Bagaimana wahyu datang kepada anda Ya Rasulullah”, beliau berkata:”Terkadang wahyu itu datang kepadaku dan terdengar seperti rantai yang ditarik dan ini yang paling berat bagiku”, ‘Aisyah menceritakan bahwasanya terkadang Rasulullah menerima wahyu beliau berkeringat padahal beliau berada dipuncak musim dingin, jika beliau bertumpuh pada salah seorang sahabat maka sahabat itu merasa berat, beginilah pengorbanan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menerima wahyu, jika beliau sedang berkendaraan, kendaraan beliau tidak mampu melanjutkan perjalanan, kendaraannya berhenti dan duduk betapa beratnya sebagaimana yang disebutkan di dalam Al-Qur’an:

إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا

“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat”. (QS. Muzzammil: 5).

Faidah: kata – kata Tsaqil /(yang berat) di dalam Al-Qur’an disebutkan 2 kali yaitu pada ayat diatas dan yang kedua pada ayat Al Insan:

إِنَّ هَٰؤُلَاءِ يُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ وَيَذَرُونَ وَرَاءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيلًا

“Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat)”. (QS. Al-Insan : 27). Diantara tadabbur Al-Qur’an, ulama kita mengatakan:”Allah menyebutkan kata tsaqil berat dalam Al-Qur’an yaitu satu tentang Al-Qur’an dan satu tentang hari kiamat sehingga barangsiapa yang ingin terlepas dari beratnya hari kiamat maka hendaknya ia mengikuti perkataan yang berat yang ada didunia yaitu Al-Qur’an“.

Bersambung: Riyadhussholihin “Muraqabatullah” Hadist Jibril (Islam, Iman, Ihsan, Kiamat) Sesi 2

Wallahu a’lam Bish Showaab 

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.