spot_img

Sungguh Celaka Bagi Pendusta

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

قَالَ لَهُمْ مُوسَى وَيْلَكُمْ لَا تَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا فَيُسْحِتَكُمْ بِعَذَابٍ وَقَدْ خَابَ مَنِ افْتَرَى

Berkata Musa kepada mereka: “Celakalah kamu, janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, maka Dia membinasakan kamu dengan siksa“. Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan”. (QS. Thaha:61).

Dusta merupakan asal segala keburukan sebaliknya kejujuran adalah asal segala kebaikan, oleh karenanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan dalam hadistnya:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta (pembohong)”. (HR. Al-Bukhari (no. 6094) dan dalam kitab al-Adabul Mufrad (no. 386); Muslim (no. 2607 (105)). Jadi akhir dari kejujuran adalah surga dan  bagaimanapun seseorang menyimpan kedustaan pasti kelak akan disingkap oleh Allah Subhanahu wata’ala, semoga nama kita tertulis disisi Allah Subhanahu wata’ala sebagai orang yang jujur.

Dan orang yang beriman yang hakiki hendaknya ia menjaga dirinya dari sifat dusta, sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam ketika ditanya:

Telah menceritakan kepadaku Malik dari Shafwan bin Sulaim berkata; “Ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Apakah seorang mukmin bisa menjadi penakut?” Beliau menjawab: ‘Ya.” Kemudian ditanya lagi; “Apakah seorang mukmin bisa menjadi bakhil?” Beliau menjawab: “Ya.” Lalu ditanyakan lagi; “Apakah seorang mukmin bisa menjadi pembohong?” Beliau menjawab: “Tidak”. (HR. Imam Malik No. 1571).

Oleh karenanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyifati orang – orang pendusta sebagai orang – orang munafik. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاث إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَ إِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَ إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

“Tanda orang munafik itu tiga apabila ia berucap berdusta, jika membuat janji berdusta, dan jika dipercayai mengkhianati”. (HR Al-Bukhari, dan Muslim).

Kejujuran membuat kita mulia disisi Allah Subhanahu waa’ala dan kedustaan membuat kita hina didunia dan diakhirat dan Allah Subhanahu wata’ala memerintahkan kita didalam Al-Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”.  (QS. At Taubah: 119).

Kejujuran terkadang awalnya berat akan tetapi akhirnya akan mendatangkan keberuntungan dan sebaliknya Allah Subhanahu waa’ala mengatakan:

“Sungguh celaka orang yang dusta”

Pertama dia dituliskan oleh Allah Subhanahu wata’ala Sebagai kadzab (Pendusta), Kedua akan menjadi sifat baginya dan ketiga akan dipermalukan oleh Allah Subhanahu wata’ala di dunia sebelum diakhirat.

Kata para ulama ada beberapa bentuk kedustaan:

  1. Berdusta atas nama Allah Subhanahu wata’ala

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا ۚ أُولَٰئِكَ يُعْرَضُونَ عَلَىٰ رَبِّهِمْ وَيَقُولُ الْأَشْهَادُ هَٰؤُلَاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَىٰ رَبِّهِمْ ۚ أَلَا لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para saksi akan berkata: “Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka”. Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim“. (QS. Hud : 18).

Bahkan berdusta atas nama Allah Subhanahu wata’ala lebih berbahaya dari pada kesyirikan sebagaimana Firman Allah Subhanahu wata’ala:

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui“. (QS. Al A’raf : 33).

Imam ibnu Qayyim Rahimahullah menyebutkan bahwasanya ayat ini Allah Subhanahu wata’ala mengurutkan tingkatan – tingkatan dosa, yang ringan adalah (kekejian) yang nampak maupun yang dzahir, perbuatan dosa, kedzaliman, kesyrikan dan yang paling berbahaya  berkata – atas nama Allah Subhanahu wata’ala yang mana tidak memiliki ilmu didalamnya.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَٰذَا حَلَالٌ وَهَٰذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung“. (QS. An Nahl : 116).

Ayat diatas menunjukkan bahaya berfatwa tanpa ilmu bahkan belum ditanya sudah menjawab dan ia menjawab tanpa ilmu dari pertanyaan yang diatanyakan kepadanya dan hal ini merusak dan menyesatkan manusia dari kebenaran.

Ibnu mas’ud Radhiyallahu ‘anhu mengatakan:”Siapa yang menjawab semua pertanyaan maka dia gila”

Imam Malik Rahimahullah ia pernah didatangi oleh salah seorang utusan dari negeri yaman ia dibiayai oleh kaumnya untuk mengumpulkan pertanyaan – pertanyaan dari kaumnya untuk ia tanyakan kepada Imam Malik Rahimahullah, maka berangkatlah ia dengan perjalanan yang sangat panjang dan membutuhkan waktu yang sangat lama, ketika tiba dimadinah kemudian diatanyakan kepada Imam Malik Rahimahullah hanya beberapa pertanyaan yang beliau jawab dan pertanyaan yang lain beliau jawab dengan”Laa adriy (Saya tidak tahu)“, akhirnya ia mengatakan:”Orang-orang menyebutmu sebagai Faqihul-Ummah (Imam Fiqih Umat), dan saya datang dari daerah yang jauh lalu Anda hanya menjawab “Laa Adriy”???”.

Dengan tenang Imam Malik Rahimahullah menjawab: “Sekarang, kembali lah kau ke negeri asalmu. Lalu katakanlah kepada semua penduduk negeri bahwa kau telah datang kepada ku untuk bertanya, tapi aku hanya menjawab Laa Adriy!”. 

Utusan itu kemudian berkata:”Anda tidak malu.?”.

Imam Malik Rahimahullah menjawab :”Andaikan malaikat tidak malu mengatakan:”Maha suci engkau ya Allah tidak ada ilmu yang engkau  ajarkan kepada kami, apalagi cuman anas bin malik , sampaikan kepada mereka malik tidak tahu”.

  1. Berdusta atas nama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam

Oleh karenanya berhati hatilah menukil berita dalam media sosail kemudan disebar apalagi yang berkaitan dengan perkataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang belum kita mengetahui betul kejelasan hadist tersebut atau belum kita melakukan tabayyun atas informasi hadist tersebut, Dari Al Mughirah, ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ كَذِبًا عَلَىَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ ، مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari no. 1291 dan Muslim no. 4).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan mimpi beliau dan mimpi para Nabi adalah haq (kebenaran), beliau melihat dirinya dibawa oleh malaikat dan kemudian melihat neraka dan dineraka ia melihat seorang lelaki dimana ia membawa besi pengait, ia merobek pipi sebelah kanannya kemudian setelah hancur sisi sebelah kanan wajahnya, ia kemudian melakukan hal serupa pada sisi sebelah kiri wajahnya pada saat ia merobek sebelah kiri sisi wajahanya maka kembali disempurnakan sebelah kanan wajahnya kemudian ia melakukan hal tersebut seterusnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian berkata siapa gerangan mereka ini, malaikat menjawab:”ini adalah orang yang berdusta dengan satu kedustaan yang sampai tersebar ke penjuru dunia

Dan hal inilah yang terjadi dizaman sekarang begitu mudahnya kita menyebar informasi sehingga informasi yang kita sebar tersebar sampai ke penjuru dunia dan begitu banyaknya berita hoax dimedia social.

  1. Berdusta atas nama manusia

Untuk senantiasa berlaku jujur hendaknya senantiasa menjauhi perilaku kedustaan, pernah suatu ketika ada seorang wanita memanggil anaknya dan mengatakan:”Wahai anakku ambil ini, anaknya kemudian menghampirinya dan diberi kurma, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian berkata:”Benar – benar engkau memberinya sesuatu.?”, ia mengatakan:”Benar ya Rasulullah”,  Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:“Andaikan tidak engkau termasuk orang pendusta”.

Terkadang tanpa kita sadari kita sendiri mendidik anak kita untuk berdusta. Terkadang ada seseorang yang berkunjung kerumah kita kemudian mengetuk pintu rumah kita, lantas kita berkata kepada anak kita sampaikan bahwa bapak tidak ada. Maka hal ini merupakan perbuatan mengajarkan kepada anak kita untuk berdusta, olehnya biasakan anak kita dengan kejujuran dan diantara berdusta adalah bercanda yang mengandung kedustaan didalamnya demi membuat orang lain tertawa begitu pula dusta yang tercela mengatakan bahwasanya dia bermimpi melihat sesuatu padahal hakekatnya dia tidak bermimpi melihat sesuatu tersebut dan semua ini dilarang oleh Allah Subhanahu wata’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, dan kepada Allah Subhanahu wata’ala kita meminta agar disucikan hati – hati kita dari sifat dusta.

Ya Allah bersihkanlah lisan kami dari kedustaan dan mata kami yang sering hianat engkaulah yang mengetahui mata yang berkhianat bahkan apa yang kami sembunyikan dalam dada kami.

Dihari kemudian akan bersaksi lisan – lisan mereka, tangan mereka, dan kaki kaki mereka dihadapan Allah Subhanahu wata’ala, mari kita bertaubat kepada Allah dengan taubatan nasuha dan mulai sekarang kita berazam pada diri kita untuk berusaha memiliki sifat kejujuran sampai kita tertulis disisi Allah Subahnahu wata’ala sebagai orang yang jujur.

Wallahu A’lam Bish Showaab


Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Senin, 05 Jumadil Akhir 1438 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : https://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

ID LINE :  http://line.me/ti/p/%40nga7079p

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.