بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus”.(QS. Al Fatihah : 6).
Ihdina (menggunakan dhamir jamak) dalil ini menunjukkan bahwasanya bagi kaum lelaki sholat berjama’ah itu wajib di masjid bersama kaum muslimin.
Ketika kita membaca ayat tersebut Allah Subhanahu wata’ala akan berkata:”Ini adalah untuk hambaku, dan baginya apa yang ia minta”. (HR. Muslim, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dalam Shohihnya, AtTirmidzi dalam Sunannya).
hendaknya ketika membaca ayat tersebut menghadirkan hati karna Allah Subhanahu wata’ala tidak mengabulkan doa bagi yang hatinya lalai.
As Sirat :”jalan yang lurus (jelas)”.
Dari An Nu’man bin Basyir Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِى الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِى الْحَرَامِ كَالرَّاعِى يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيهِ أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللَّهِ مَحَارِمُهُ
“Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di antara keduanya terdapat perkara syubhat -yang masih samar- yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram. Sebagaimana ada pengembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir menjerumuskannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkan-Nya.” (HR. Bukhari no. 2051 dan Muslim no. 1599).
Jadi kita meminta kepada Allah Subhanahu wata’ala agar ditunjukkan yang jelas dan dihindarkan dari yang haram termasuk yang subhat karena yang subhat akan mengantarkan kepada yang haram.
Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu dengan Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu anhu. Ketika pada suatu saat Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu bertanya kepada Ubay. “Apa sebenarnya taqwa itu?” tanya Umar, bukan jawaban yang didapat Ubay malah berbalik bertanya, “Apakah engkau pernah berjalan di suatu jalan yang banyak batu duri yang membahayakan?”. “Tentu”, kata Umar. Lalu Ubay mengatakan, “Terus kalo berjalan dijalan seperti itu kamu berjalannya bagaimana?”. Umar menjawab, “Saya berjalan dengan waspada dan berhati hati”. “Nah itulah taqwa”, kata Ubay. Senjata yang paling utama agar terselamatkan dari fitnah dunia adalah meminta pertolongan, perlindungan dan petunjuk Allah Subhanahu wata’ala.
Rasullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبيّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا، فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا، وَاتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بْنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاء
Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam , beliau bersabda:“Sesungguhnya dunia ini manis dan indah. Dan sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menguasakan kepada kalian untuk mengelola apa yang ada di dalamnya, lalu Dia melihat bagaimana kalian berbuat. Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap dunia dan wanita, karena fitnah yang pertama kali terjadi pada Bani Israil adalah karena wanita.”(HR. Muslim no. 2742 (99)).
Apakah ketika seorang hamba berada dijalan yang lurus kemudian berhenti berdoa “tidak” hendaklah ia senantiasa berdoa kepada Allah Subhanahu wata’ala karna banyak orang yang mengetahui kebenaran namun masih berat untuk mengikutinya olehnya itu ada sebuah doa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam :
اللهُمَّ أَرِنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا التِبَاعَةَ وَأَرِنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
“Ya Allah Tunjukkanlah kepada kami yang benar itu benar dan berikan kami kekuatan untuk mengikutinya, dan tunjukkanlah kami yang batil itu batil dan berikan kami kekuatan untuk menjauhinya“. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam doa yang lain
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – عَنِ النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ: «اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى» )
“Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu ’alaihi Wasallam beliau biasa berdoa: “Allaahumma innii as-alukal hudaa wat tuqaa wal ‘afaafa wal ghinaa”, (Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketaqwaan, keterjagaan, dan kekayaan)”. (HR. Muslim no. 2721, At Tirmidzi no. 3489, Ibnu Majah no. 3105, Ibnu Hibban no. 900 dan yang lainnya)
Inilah alasan mengapa kita senantiasa meminta hidayah dari Allah, karena Allah Subhanhu wata’ala berfirman:
وَلاَ تَتَّخِذُواْ أَيْمَانَكُمْ دَخَلاً بَيْنَكُمْ فَتَزِلَّ قَدَمٌ بَعْدَ ثُبُوتِهَا وَتَذُوقُواْ الْسُّوءَ بِمَا صَدَدتُّمْ عَن سَبِيلِ اللّهِ وَلَكُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang menyebabkan tergelincir kaki (mu) sesudah kokoh tegaknya, dan kamu rasakan kemelaratan (di dunia) karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah; dan bagimu azab yang besar”. (QS. An Nahl :94).
Jangan pernah berhenti berdoa kepada Allah Subhanahu wata’ala sekalipun kita adalah orang yang rajin beribadah, rajin melakukan amalan sholeh dan melakukan kebaikan – kebaikan, mengerjakan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Doa yang paling banyak dipanjatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
يامقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu“. (HR.Tirmidzi 3522, Ahmad 4/302, al-Hakim 1/525, Lihat Shohih Sunan Tirmidzi III no.2792).
يا مقــلـب لقــلــوب ثبــت قــلبـــي عــلى طـا عــتـك
“Wahai Dzat yg membolak-balikan hati teguhkanlah hatiku diatas ketaatan kepadamu”. (HR. Muslim (no. 2654). Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya:”Ya Rasulullah anda banyak sekali membaca doa ini beliau berkata:”Tidaklah hati seorang hamba melainkan berada di jari jari Allah dan Allah membolak balikkan sesuai yang ia inginkannya”. Mintalah hidayah dari Allah agar kita dijaga dari segala fitnah, ujian dan cobaan.
3. Berilah kami jalan yang lurus (yang tidak ada kebengkokan didalamnya)
Hidayah terbagi menjadi 2 (dua).
- Hidayatu lil irsyad (Milik para nabi, ulama, dai, orang yang menyampaikan kebenaran kepada saudaranya).
“Sampai engkau Muhammad tidak tahu apa itu keimanan dan kitab akan tetapi kitab itu kami menjadikan cahaya, kami memberi hidayah dengan Al-Qur’an itu kepada yang kami inginkan dari hamba – hamba kami, dan engkau juga memberi hidayah dan petunjuk kejalan yang lurus”.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 56).
Dan Allah berfirman tentang diri Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam,
وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ صِرَاطِ اللَّهِ
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar memberi hidayah kepada jalan yang lurus, (yaitu) jalan Allah”. (QS. Asy Syura : 52-53).
- Hidayatul lil taufik (hanya milik Allah) yang senantiasa kita minta kepada Allah.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam) tidak dapat memberikan hidayah kepada orang yang engkau cintai, tetapi Allah memberikan petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Dia yang lebih mengetahui tentang orang-orang yang mau menerima petunjuk”. (QS. al-Qashash: 56).
Doa iftitah yang sering dibaca oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sholat lail
اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ اهْدِنِى لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ تَهْدِى مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Ya Allah, Rabb-nya malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil. Pencipta langit dan bumi. Yang mengetahui hal ghaib dan juga nyata. Engkaulah hakim di antara hamba-hamba-Mu dalam hal-hal yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah aku kebenaran dalam apa yang diperselisihkan, dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberi petunjuk menuju jalan yang lurus, kepada siapa saja yang Engkau kehendaki” (HR. Muslim 2/185).
Wallahu A’lam Bish Showaab
Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)
@Sabtu , 23 Rabiul Akhir 1438 H
Fanspage : Harman Tajang
Kunjungi :
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/
Website : https://mim.or.id
Youtube : https://www.youtube.com/channel/UCIGoaFDkENVOY187i92iRqA
Telegram : https://telegram.me/infokommim
Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/
ID LINE : mim.or.id
PIN BBM : D23784F8