spot_img

Tazkiyatun Nafs (2)

Bismillahirrahmanirrahiim ….

Tak henti-hentinya kita memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah ‘Azza wa Jalla atas segala kenikmatan yang telah diberikannya kepada kita semua. Nikmat sehat, iman, dan hidayah. Yang hanya Dialah yang mampu memberikannya, tidak selainnya.

Salam dan shalawat kepada Nabi Allah, Rasul-Nya, yang terakhir, Muhammad-Shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Tidaklah suatu amalan diterima di sisi Allah, kecuali atas petunjuk dan mencontoh dari beliau.

Saudariku Muslimah,

Sebagaimana pembahasan kita sebelumnya, bahwa syarat diterimanya sebuah amalan ada dua, yaitu ikhlas dan mutaba’ah. Maka, pada pertemuan kedua kita ini, kita akan mencoba memaparkan salah satu diantaranya, yaitu ikhlas, InsyaAllah.

Perlu kita ketahui, bahwa ikhlash merupakan syarat bathin, kenapa? Karena keikhlasan bukanlah sebuah amalan yang mampu dilihat kasat mata kita. Ia ada di sini, di dalam hati-hati kita. Adapun mutaba’ah, maka ia merupakan syarat dzohir, dimana tiap apa yang kita tampakkan adalah berkesesuain dengan apa-apa yang telah Rasulullah ajarkan pada shahabt-shahabat beliau.

Sehingga, sebuah amalan menjadi sempurna dan maqbul(diterima) ketika kedua hal ini ada padanya. Ini merupakan perkara yang sangat oenting dalam penyucian jiwa atau tazkiyatun nafs. Karena sebagai manusia, terkadang kita lalai dari salah satu diantaranya. Terlalu focus pada keikhlasan, namun amalan yang kita lakukan abai dari mencontoh sunnah. Sebaliknya, teralu memperhatikan sunnah, tapi abai dari keikhlasan.

Dalam QS. Al Mulk : 2,

الذي خلق الموت والحياة ليبلوكم أيكم أحسن عملا وهو العزيز الغفور

” Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia enguji kamu, siapa diantara kamu yang paling baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Fudhail bin Iyadh menfasirkan ‘Ahsanu ‘amala’ di ayat ini dengan’ amalan yang paling ikhlas dan benar.’ Amalan yang mengandung kedua syarat. Amalan yang dilakukan dengan ikhlas dan juga sesuai contoh dari Rasulullah (mutaba’ah).

Demikian pula dalam QS. Al Kahfi : 110,

فمن كان يرجو لقاء ربه فليعمل عملا صالحا ولا يشرك بعبادة ربه أحدا

“ Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah ia mempersekutukan dalam beribadat kepada Tuhannya dengan suatu apapun.”

Adapun maksud dari ‘amal shaleh’ di ayat ini adalah amalan yang berkesesuaian dengan sunnah. Sedang, yang dimaksud dengan ‘janganlah ia mempersekutukan dalam beribadat kepada Tuhannya dengan sesuatu apapun’ adalah ikhlas.

Ayat yang lainnya, dalam QS. An Nisa : 125,

ومن أحسن دينا ممن أسلم وجهه لله وهو محسن

“ Dan siapakah yang lebih baik dari agamanya dari pada orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah, dan diapun berbuat ihsan.”

‘Menyerahkan diri’ berarti ikhlas dalam amalannya, dan ‘berbuat ihsan’ berarti mutaba’ah atau mengikuti sunnah Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.

  • IKHLAS

Pertama, artinya memurnikan tujuan dalam mendekatkan diri kepada Allah dari segala yang mengotorinya. Seperti, riya’. Ujub. Sum’ah, dll.

Kedua, artinya menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan dalam segala bentuk keta’atan.

Ketiga, artinya mengabaikan penilaian makhluk dengan senantiasa memandang kepada penilaian Allah ‘Azza wa Jalla. Dalam artian, bahwa seorang yang ikhlas adalah dia yang tidak melakukan amalan dengan maksud dinilai oleh manusia. Baik dicela maupun dipuji, tidak mengurangi semangatnya dalam melakukan amalan tersebut. Dia hanya mengharap penilaian dari Allah semata. Dia meyakini, bahwa pandangan manusia adalah niscaya yang tidak akan pernah berakhir. Tidak pernah selesai.

Satu hal yang juga sangat penting kita ketahui, bahwa sebuah amalan yang tinggi dan mulia sekali pun, jika dilakukan tanpa keikhlasan, maka tidak akan memperoleh balasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dari Abu Umamah Al-Bahili, ia berkata : Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam- seraya berkata,” bagaimana pendapat baginda tentang seseorang yang berperang mengharapkan balasan dan pujian, apa yang ia dapatkan?’’ Maka Rasulullah bersabda, “ ia tidak akan mendapatkan apapun”. Kemudian orang itu mengulang pertanyaannya sampai tiga kali, dan Rasulullah menjawabnya dengan bersabda, “ ia tidak akan mendapatkan apapun”, lalu beliau bersabda, “ sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala tidak akan meneriam amalan kecuali ikhlas mengharap wajah-Nya”. ( HR. An nasa’I, dihasankan oleh Imam Albany dalam shahihah).

Hadits ini menunjukkan bahwa Jihad, amalan yang sangat mulia bahkan dijamin surga sekali pun, tidak akan memperoleh apa-apa pelakunya ketika dilakukan dengan mengharap pujian atau balasan dunia. Lalu, bagaimana dengan amalan-amalan kecil lainnya?!

Riwayat lain, dari Abu sa’id l Khudri –rhadiyallahu ‘anhu- berkata, bahwa Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda pada saat haji wada’ : “ Semoga Allah membuat wajah berseri-seri atau mencerahkannya bagi seseorang yang mendengar ucapanku, lalu dia memahaminya. Barapa banyak pembawa fikih yang tidak fakih ( tidak mengerti fikih). Tiga perkara yang (karenanya)hati seorang mukmin tidak akan ditimpa dengki: mengikhlaskan amal karena Allah, memberi nasihat kepada para pemimpin kaum Muslimin dan berpegang kepada jamaah mereka, karena doa mereka mengelilingi mereka dari belakang mereka.”

Hadits ini mengandung makna, tiga hal yang hati kita akan terbebas dari kedengkian;

Pertama, ikhlas ketika melakukan sebuah amalan.

Kedua, menasehati pemimpin. Dengan adab menasehati, yaitu tidak di depan khalayak atau umum. Tapi secara langsung pribadi-pribadi.

Ketiga, berpegang teguh dengan jama’ah. Tidak memisahkan diri dan berjalan sendiri-sendiri.

Bahkan dalam QS. Shod : 83,

إلا عبادك منهم المخلصين

“ Kecuali hamba-hamba Allah yang diantaranya adalah orang-orang yang ikhlas.”

Ini adalah perkataan syetan ketika terusir dari neraka, lalu dia bersumpah untuk menyesatkan anak Adam, kecuali yang ikhlas diantara mereka, syetan tidak sanggup untuk menggodanya.

Betapa agungnya keikhlasan. Sulit namun bukan kemustahilan untuk kita usahakan. Setiap kita harus berusaha, bahkan berjuang untuk memperolehnya. Menyertakannya diseluruh amalan-amalan baik kita. Yakin akan taufiq Allah atasnya, Insyaallah.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.