spot_img

Tetap Istiqamah, Jangan Sia-Siakan 10 Hari Terakhir Ramadhan

mim.or.id – Pada hari ini, tanpa terasa telah dihantarkan oleh Allah memasuki sepertiga terakhir dari momentum bulan suci Ramadan. Sepertiga terakhir dari momentum bulan suci Ramadan ini justru menjadi bagian yang terbaik dari satu bulan Ramadan yang Allah karuniakan kepada seorang hamba.

Karena itu sebagai seorang hamba yang merindukan surga dan merindukan kehidupan akhirat masa depan akhirat yang jauh lebih indah dari pada kehidupa di dunia ini, sudah seharusnya kita menjadikan momentum sepertiga terakhir bulan Ramadan ini sebagai momentum ibadah dan amal saleh terbaik kita.

Itulah yang dicontohkan oleh nabi kita Muhammad di sepanjang bulan Ramadan yang Allah hadirkan kepada beliau. Kita akan menemukan bagaimana kesungguhan nabi kita Muhammad dalam beribadah dalam bertqarub kepada Allah justru mencapai puncaknya pada sepertiga bagian terakhir dari bulan suci Ramadan.

Aisyah Radhiallahu taala anhu pernah menceritakan tentang bagaimana baginda Rasulullah melewati sepertiga terakhir dari bulan suci Ramadan, Aisyah mengatakan:

كَانَ رَسُوْلُ اللهً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِيْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ

Artinya: Dari Aisyah ra, Rasulullah saw sangat bersungguh-sungguh (beribadah) pada sepuluh hari terakhir (bulan ramadhan), melebihi kesungguhan beribadah di selain (malam) lainnya (HR Muslim).

Baca Juga: Berkah Ramadhan, Pesantren Qur’an MTs MIM Torehkan Prestasi pada Event ‘MHQ Nasional Rumah Dakwah 1446 H’

Apa yang diceritakan oleh Ummul Mukminin Aisyah, ini sangat jelas merupakan satu informasi dari saksi mata yang langsung menyaksikan dan melihat bagaimana baginda Rasulullah yang selalu kita jadikan sebagai teladan. Bagaimana beliau menggunakan dan mengerahkan seluruh potensi ibadahnya yang terbaik untuk melewati hari-hari terakhir dari bulan suci Ramadan.

Dalam hadits yang lain diriwayatkan dari Sayyidah ‘Aisyah telah disampaikan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْلِطُ الْعِشْرِينَ بِصَلَاةٍ وصَوْمٍ وَنَوْمٍ، فَإِذَا كَانَ الْعَشْرُ شَمَّرَ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ

Artinya, “Dari ‘Aisyah ra, dia berkata, ‘Pada 20 hari yang pertama (di bulan Ramadhan), Nabi saw biasa mengkombinasikan antara shalat, puasa dan tidurnya. Namun jika telah masuk 10 hari terakhir, beliau bersungguh-sungguh dan mengencangkan sarungnya (menjauhi istri-istrinya).” (HR Ahmad).

Sebagian ulama menjelaskan bahwa ungkapan sadarah mengencang ikatan sarungnya menunjukkan bahwa pada 10 hari terakhir itu beliau tidak lagi memberikan perhatian kepada hal-hal yang berkaitan dengan hubungan suami istri beliau memfokuskan 10 hari terakhir Itu untuk betul-betul beribadah kepada Tuhannya.

Baca Juga: Ramadhan Bulan yang Mulia, 3 Nasihat Agung dari Rasulullah!

Ketika beribadah kepada Allah, beliau akan mengencangkan ikatan sarungnya dan bukan sekedar mengencangkan ikatan sarungnya tapi beliau akan menghidupkan malam-malamnya. Tentu bukan saja dengan menonton atau melakukan kegiatan lain tetapi menghidupkannya dengan qiyamulail dan beribadah kepada.

Beliau tidak menikmati ibadah tidak menikmati penghambaan itu seorang diri, tetapi kata Aisyah beliau juga membangunkan keluarganya  untuk bersama-sama menikmati penghambaan kepada Allah di malam-malam terakhir dari bulan suci Ramadan.

Maka muslimin yang dimuliakan oleh Allah, jika teladan kita adalah baginda Rasulullah maka seperti itulah beliau melewati 10 hari terakhir dari bulan suci Ramadan semoga bermanfaat buat kita semua.

Sumber: Ust. Dr. Muh. Ihsan Zainuddin, Lc. M.Si (Disadur dari Program Ramadhan Healing Episode. 21)

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.