mim.or.id – Kisah Nabi Adam ‘Alaihissalam Bapak Umat Manusia (Bag. 4)
(Diterjemahkan dan disadur dari kitab Qashash al-quran lil ‘allamah as-sa’dy disusun oleh fayiz bin sayyaf bin as-suraih)
Oleh: Sayyid Syadly
Kehidupan Adam di Surga dan Godaan Iblis
Kemudian, Allah menyempurnakan nikmat-Nya kepada Adam dengan menciptakan Hawa dari jenisnya dan bentuk yang serupa dengannya, agar Adam merasa tenteram bersamanya. Dengan pernikahan dan persatuan ini, berbagai tujuan pernikahan dapat terwujud, dan keturunan manusia pun dapat tanbats (berkembang). Allah berfirman kepada Adam dan istrinya bahwa setan adalah musuh bagi mereka berdua, maka waspadalah terhadapnya sebaik-baiknya. Allah memperingatkan agar mereka tidak membiarkan setan mengeluarkan mereka dari surga, tempat Allah menempatkan mereka. Allah mengizinkan mereka untuk memakan semua buah-buahan dan menikmati semua kenikmatan di surga, kecuali satu pohon tertentu di dalamnya.
Allah mengharamkan pohon tersebut kepada keduanya (Adam dan Hawa), seraya berfirman,
فَكُلَا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ
“Maka makanlah dari apa saja yang kamu sukai, tetapi janganlah kamu mendekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim” (QS. Al-A’raf: 19).
Allah juga berkata kepada Adam tentang nikmat-Nya di surga:
إِنَّ لَكَ أَلَّا تَجُوعَ فِيهَا وَلَا تَعْرَى * وَأَنَّكَ لَا تَظْمَؤُا فِيهَا وَلَا تَضْحَى
“Sesungguhnya kamu tidak akan lapar di dalamnya dan tidak akan telanjang, dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga di dalamnya dan tidak akan ditimpa panas matahari” (QS. Thaha: 118-119).
Mereka tinggal di surga dengan segala kenikmatan yang disebutkan oleh Allah, sementara musuh mereka (Iblis) terus mengawasi dan mencari kesempatan untuk menggoda mereka. Ketika Iblis melihat kegembiraan Adam dengan kehidupan di surga dan keinginannya yang kuat untuk tetap tinggal di sana, Iblis datang dengan cara yang lembut, dalam wujud seorang teman yang memberikan nasihat, lalu berkata, “Wahai Adam, maukah aku tunjukkan kepadamu sebuah pohon yang jika kamu memakannya, kamu akan kekal di surga ini dan kerajaanmu tidak akan sirna?”
Penyesalan Adam dan Hawa serta Penerimaan Tobat
Iblis terus-menerus membisikkan godaan, menghiasi perkataannya, dan memberikan janji-janji palsu, sambil memberikan nasihat yang tampaknya baik, padahal itulah bentuk pengkhianatan terbesar. Hingga akhirnya, Iblis berhasil menipu mereka, dan mereka pun memakan buah dari pohon yang telah Allah larang dan haramkan kepada mereka. Ketika mereka memakannya, tampaklah aurat mereka, yang sebelumnya tertutup, dan mereka mulai menutupi diri mereka dengan daun-daun dari surga, yaitu menempelkan daun-daun tersebut pada tubuh mereka yang telanjang sebagai pengganti pakaian. Mereka pun menyesal atas perbuatan mereka, dan segera terlihat hukuman atas dosa mereka. Allah memanggil mereka berdua,
أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَن تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَأَقُل لَّكُمَا إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُّبِينٌ
“Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan Aku katakan kepadamu bahwa setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?” (QS. Al-A’raf: 22).
Allah menanamkan di hati mereka berdua perasaan tobat yang tulus dan keinginan untuk kembali kepada-Nya. Adam menerima kalimat-kalimat dari Rabbnya,
فَتَلَقَّى ءَادَمُ مِن رَّبِّهِ كَلِمَاتٍ
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya” (QS. Al-Baqarah: 37), dan mereka berdua berkata,
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Wahai Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan merahmati kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi” (QS. Al-A’raf: 23).