spot_img

Khutbah Jum’at: FENOMENA “WALID” DALAM BERISLAM’ (Edisi 062, 26 Syawal 1446 H)

mim.or.id – Kembali kami menyajikan Khutbah Jum’at dengan tema ‘’Fenomena “WALID” dalam Berislam’ (Edisi 062, 26 Syawal 1446 H).

Naskah selengkapnya:

FENOMENA “WALID” DALAM BERISLAM

KHUTBAH PERTAMA

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.

اللهم صلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ،  وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Segala puji hanya untuk Allah semata, yang telah mengaruniakan kepada kita nikmat tak ternilai bernama Islam. Agama yang sejak semula dan akan selalu sejalan dengan akal sehat dan jiwa yang lurus. Agama yang sejak semula memerdekakan kita dari perbudakan kepada sesama manusia dalam bentuk dan bidang apapun. Termasuk dalam menjalankan kewajiban berislam kita.

Shalawat dan salam kita ucapkan dan sampaikan untuk kekasih dan panutan kita, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang diutus oleh Allah Azza wa Jalla untuk menerabas dan menghapuskan semua bentuk penghambaan kepada sesama makhluk, dan menegakkan penghambaan hanya kepada Allah Ta’ala.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Beberapa waktu belakangan ini, jagat media online dihebohkan dengan kehadiran sebuah film dari Negeri Jiran, Malaysia, yang viral dengan tokoh utamanya bernama “Walid”. Kisah dalam film itu kononnya didasarkan pada kisah nyata sang produsernya sendiri saat menjadi pengikut salah aliran keberagamaan di sana, yang pemimpinnya memanfaatkan kepatuhan para pengikutnya untuk memuaskan hawa nafsunya sendiri.

Fenomena “Walid” adalah fenomena yang nyata dan hadir di tengah kita, kaum muslimin. Fenomena dimana para pengikut, para murid digiring untuk mengkultuskan sosok pemimpinnya, sosok kyainya, atau sosok ustadznya. Hingga kemudian sang pemimpin kelompok, aliran, pesantren, yayasan, organisasi, atau apapun namanya itu, dijadikan sebagai “manusia suci” yang ucapannya selayaknya wahyu, yang tidak bisa didiskusikan, didebat, apalagi dibantah dan ditentang!.

Fenomena kultus individu ini adalah fenomena yang sangat mengerikan dan berbahaya. Bahkan, diutusnya Nabi Nuh ‘Alaihissalam sebagai rasul pertama di muka bumi ini, alasan utamanya adalah untuk membasmi kesyirikan yang disebabkan kultus individu masyarakat kala itu terhadap orang-orang shalih yang telah wafat.

Allah Ta’ala berfirman tentang masyarakat musyrik saat itu:

وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا

Artinya:

“Dan mereka mengatakan: ‘Janganlah kalian meninggalkan tuhan-tuhan kalian, dan janganlah kalian meninggalkan Wad, Suwa’, Yaguts, Ya’uq dan Nasr.”   (Surah Nuh: 23).

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma menjelaskan: bahwa Wad, Suwa’, lalu Yaguts, dan Nasr yang disebutkan dalam itu adalah nama-nama orang shalih yang dipertuhankan oleh kaum Nabi Nuh alaihissalam, yang bermula dari kultus dan rasa cinta yang berlebihan terhadap orang-orang shalih tersebut. Hingga saat berlalu sekian generasi, patung orang-orang shalih itu lalu menjadi berhala yang disembah selain Allah Ta’ala.

Baca Juga: Khutbah Jum’at: Menjaga Lisan dan Tulisan, Jalan Menuju Syurga (Edisi 061, 19 Syawal 1446 H)

Jamaah Jum’at yang berbahagia!

Begitu mengerikan dampak dan efek kultus individu yang berlebihan dan over dosis dalam berIslam. Mulanya hanya kagum dan takjub mendengarkan nasihat guru atau ustadz yang sangat menyentuh, tapi karena tidak diikat dengan Aqidah Tauhid yang benar, tidak diikat dengan ilmu yang diajarkan generasi Sahabat radhiyallahu ‘anhum; kekaguman itu berujung pada tindakan-tindakan di luar batas al-Qur’an dan al-Sunnah, dan sudah tentu di luar batas nalar yang sehat.

Padahal, sejak awal, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah diingatkan oleh Allah Ta’ala, agar selalu memposisikan diri sebagai manusia biasa, sebagai hamba Allah, yang meskipun telah mendapatkan wahyu dari Allah, namun tetap memiliki sifat dan karakter sebagai makhluk yang lemah.

Allah Ta’ala mengatakan:  

ﵟقُلۡ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٞ مِّثۡلُكُمۡ يُوحَىٰٓ إِلَيَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞۖ فَمَن كَانَ يَرۡجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلۡيَعۡمَلۡ عَمَلٗا صَٰلِحٗا وَلَا يُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدَۢا 110 ﵞ 

Artinya:

“Katakan (wahai Muhammad): ‘Aku adalah manusia seperti kalian, (hanya) aku diberi wahyu (untuk menyampaikan) bahwa  Tuhan kalian adalah Tuhan yang Satu. Maka siapa saja yang berharap berjumpa dengan Tuhannya, maka hendaklah ia melakukan amal shalih, dan jangan menyekutukan Tuhannya dalam beribadah dengan seorang pun.” (Surah al-Kahfi: 110).

Itulah sebabnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri telah menegaskan:

‌لَا ‌تُطْرُونِي ‌كَمَا ‌أَطْرَتْ ‌النَّصَارَى ‌عِيسَى ‌ابْنَ ‌مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ، فَقُولُوا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

Artinya:    

“Janganlah kalian berlebihan menyanjung dan memuliakanku seperti orang-orang Yahudi berlebihan menyanjung dan memuliakan Isa putra Maryam. Karena aku ini tidak lain hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah: ‘Hamba dan utusanNya’.” (HR. Ahmad).

Melalui pesan ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kita, bahwa penyebab utama lahirnya agama Kristen yang mempertuhankan Nabi Isa ‘alaihissalam adalah karena mereka berlebihan memuliakan dan mencintai Nabi Isa ‘alaihissalam, sehingga lupa bahwa beliau hanyalah manusia biasa, dan bukan tuhan. Karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita umatnya untuk tidak berlebihan dalam memuliakan beliau.

Karena itu, jamaah sekalian yang berbahagia, jika sosok mulia seperti Rasulullah saja tidak boleh dimuliakan secara berlebihan, sehingga nyaris dipertuhankan, apalagi manusia-manusia selain beliau, yang meskipun ilmunya berlimpah, ibadahnya berkilau, dan keshalihannya berlimpah, tentu tidak akan dapat menyamai kemuliaan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Maka, silahkan menghormati para ulama, para kyai, para ustadz, tapi ingatlah selalu, jangan pernah terjebak pada fanatisme buta. Fanatisme buta itu adalah cara beragama orang-orang yang terbutakan oleh kekaguman dan cinta yang tidak proporsional. Fanatisme buta itu membuat kita menolak dalil, hujjah dan argumentasi yang shahih, karena kita lebih percaya pada kyai atau ustadz panutan kita meskipun dalil dan argumentasinya tidak jelas!

Silahkan menghormati para ulama, para kyai, para ustadz, orang-orang shalih, tapi ingatlah selalu, mereka tetaplah manusia biasa. Jangan perlakukan mereka seakan-akan mereka itu Tuhan, yang bisa mengatur kehidupan, mengetahui yang ghaib, bisa mendatangkan rezki, bisa mendatangkan manfaat dan menolak bala!

Padahal, Allah Ta’ala telah memerintahkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ﵟقُل لَّآ أَمۡلِكُ لِنَفۡسِي نَفۡعٗا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُۚ وَلَوۡ كُنتُ أَعۡلَمُ ٱلۡغَيۡبَ لَٱسۡتَكۡثَرۡتُ مِنَ ٱلۡخَيۡرِ وَمَا مَسَّنِيَ ٱلسُّوٓءُۚ إِنۡ أَنَا۠ إِلَّا نَذِيرٞ وَبَشِيرٞ لِّقَوۡمٖ يُؤۡمِنُونَ 188 ﵞ 

Artinya:

“Katakanlah (wahai Muhammad): ‘Aku tidak punya kuasa  mendatangkan manfaat atau menolak bahaya pada diriku, kecuali jika itu dikehendaki oleh Allah. Dan seandainya aku mengetahui perkara ghaib, maka aku pasti akan meminta sebanyak mungkin kebaikan, dan aku takkan terkena keburukan. Aku ini tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan kabar gembira bagi kaum yang beriman.”  (Surah al-A’raf: 188)

Sayangnya, yang juga tak kalah memprihatinkan adalah fenomena orang-orang yang mengaku keturunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tapi cara berIslamnya sangat jauh dari ajaran Datuk mereka sendiri, yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Banyak di antara mereka yang berlaku seperti “Walid”, yang memanfaatkan posisinya sebagai keturunan Rasulullah demi mengeruk keuntungan pribadi dan memperkaya diri. Bahkan ada oknum habib yang mengklaim bahwa ia bisa mengeluarkan siapa yang dia mau dari Neraka Allah!.

Padahal, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak bisa menyelamatkan pamannya, Abu Thalib, dari siksa Neraka. Padahal inilah paman yang selalu melindungi beliau dalam berdakwah.

Bahkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri sudah pernah berpesan kepada keluarga dan kerabatnya tentang hal itu. Beliau pernah bersabda:

يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ، اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ اللَّهِ، يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ اللَّهِ، يَا أُمَّ الزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ، ‌يَا ‌فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ، اشْتَرِيَا أَنْفُسَكُمَا مِنَ اللَّهِ، لَا أَمْلِكُ لَكُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا،

Artinya:

“Wahai ‘Abdu Manaf, selamatkanlah diri  kalian dari Allah! Wahai Bani ‘Abdil Muththalib, selamatkanlah diri kalian dari Allah! Wahai Ummu al-Zubair bin al-Awwam, bibi Rasulullah, wahai Fathimah putri Muhammad, selamatkanlah diri kalian sendiri dari Allah! Karena sama sekali tidak kuasa sedikitpun untuk menyelamatkan kalian dari Allah…”  (HR. al-Bukhari).

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Ini hanyalah sekadar pengingat dan nasihat singkat untuk kita semua yang hidup di akhir zaman ini. Di akhir zaman ini, tahun-tahun yang akan kita lalui adalah tahun-tahun yang akan banyak menipu kita.

Orang yang beragama dengan lurus dilabeli dengan label-label jahat, sementara para penipu dan tukang ngibul dianggap sebagai wali. Orang yang mengajak kembali kepada dalil dan petunjuk al-Qur’an dan al-Sunnah dianggap sesat, sementara yang berbicara agama tanpa dalil dan argumentasi dianggap sebagai ulama.

Maka tidaklah heran, jika cara kita beragama seperti itu, kita menjadi sangat mudah tertipu dengan “Walid-walid baru” yang akan bermunculan di masa depan. Satu-satunya cara untuk selamat dari tipuan-tipuan itu adalah dengan sungguh-sungguh mempelajari Islam sebagaimana yang dahulu diwariskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para Sahabatnya radhiyallahu ‘anhum.

Baca Juga: ‘Warisan Ramadhan’: Apakah Ketakwaan Itu Masih Terjaga?

بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فَي القُرْآنَ العَظِيْمِ, وَنَفَعْنِيْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ, قُلْتُ مَا سَمِعْتُمْ وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُؤْمِنِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ للهِ عَلَىْ إِحْسَاْنِهِ ، وَالْشُّكْرُ لَهُ عَلَىْ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَاْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَاْ إِلَهَ إِلَّاْ اللهُ تَعْظِيْمَاً لِشَأْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْدَّاْعِيْ إِلَىْ رِضْوَاْنِهِ صَلَّى اللهُ عَلِيْهِ وَعَلَىْ آلِهِ وَأَصْحَاْبِهِ وَإِخوَانِهِ.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Sekali lagi, berIslamlah sesuai petunjuk Allah dan RasulNya. Berislamlah sesuai dalil al-Qur’an dan al-Sunnah. Pahamilah Islam dengan cara dan metode yang dahulu digunakan oleh para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memahami agama ini. Itulah satu-satunya jalan untuk selamat dari kesesatan dan kekeliruan dalam berislam.

Dan salah satu teladan berislam yang dicontohkan oleh para Sahabat Nabi adalah tidak berlebih-lebihan dalam mengkultuskan siapapun yang dianggap shalih dan mulia. Kita semua mengetahui, tidak ada yang lebih mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi para Sahabat beliau. Namun cinta mereka yang besar, tidak pernah membuat mereka memperlakukan beliau berlebihan hingga melanggar batas-batas Syariat.

Maka, kita selalu ingat pesan Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إيَّاكم والغُلُوَّ في الدِّينِ؛ فإنَّما أهلَكَ من كان قَبْلَكم الغُلُوُّ في الدِّينِ

Artinya:

“Jauhilah oleh kalian sikap berlebihan dalan beragama, karena yang membinasakan orang-orang sebelum kalian itu tidak lain adalah sikap berlebihan (mereka) dalam beragama.” (HR. Ahmad dan al-Nasa’i).

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰۤىِٕكَتَهُۥ یُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِیِّۚ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَیۡهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسۡلِیمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ . وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

 اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،يَا سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ

اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ غَزَّةَ، اَللَّهُمَّ احْفَظْهُمْ بِحِفْظِكَ، وَثَبِّتْ أَقْدَامَهُمْ، وَارْزُقْهِمْ مِنْ حَلاَلِكَ، وَانْصُرْهُمْ عَلَى الْيَهُوْدِ الْغَاصِبِيْنَ وَمَنْ عَاوَنَهُمْ فِيْ عُدْوَانِهِمْ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

 رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً  إِنَّكَ أ نْتَ الْوَهَّابُ

رَبَّنَا تَقَبَّل مِنَّا وَقِيَامَنَا وَسَائِرَ أَعمَالِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

   رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا

رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ  اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَ لْمُسلِمِين وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِينَ وَأَعدَاءَكَ يَا عَزِيزٌ يَا قَهَّارٌ يَا رَبَّ العَالَمِينَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

 سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.