spot_img

Khutbah Jum’at: Hari Asyura; Hari Kemenangan (Edisi 072, 8 Muharram 1447)

mim.or.id – Kembali kami menyajikan Khutbah Jum’at dengan tema ‘Hari Asyura: Hari Kemenangan’ (Edisi 072, 8 Muharram 1447).

HARI ASYURA; HARI KEMENANGAN

KHUTBAH PERTAMA

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.

اللهم صلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ،  وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Kita kembali mengungkapkan rasa syukur kepada Allah Ta’ala yang rahmatNya memenuhi seluruh bagian dalam kehidupan kita, bahkan seringkali tanpa kita pernah memintanya. Dan rahmat Allah yang tertinggi bahkan tak ternilai untuk kita semua adalah nikmat hidayah iman dan Islam, yang hingga detik ini masih terus membersamai kita.

Kehadiran kita pada siang hari ini, di rumah Allah ini, untuk bersujud kepadaNya, dan menunaikan kewajiban kita melakukan shalat Jum’at secara berjamaah, adalah salah satu bukti nikmat hidayah yang Allah berikan kepada kita.

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah!

Hari ini, kita berada di bulan mulia, bulan Haraam, bulan yang dimuliakan Allah, yaitu bulan Muharram. Di bulan Muharram ini, ada sebuah hari yang kemudian dikenal sebagai Hari Asyura, yaitu hari kesepuluh dalam bulan Muharram.

Kisah tentang keistimewaan Hari Asyura ini disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, dituturkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma:

قَدِمَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ المَدِينَةَ، فَوَجَدَ اليَهُودَ يَصُومُونَ يَومَ عَاشُورَاءَ فَسُئِلُوا عن ذلكَ؟ فَقالوا: هذا اليَوْمُ الذي أَظْهَرَ اللَّهُ فيه مُوسَى، وَبَنِي إسْرَائِيلَ علَى فِرْعَوْنَ، فَنَحْنُ نَصُومُهُ تَعْظِيمًا له، فَقالَ النبيُّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ: نَحْنُ أَوْلَى بمُوسَى مِنكُم فأمَرَ بصَوْمِهِ

Artinya:

“Saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Kota Madinah, beliau mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada Hari Asyura (hari kesepuluh Muharram). Lalu mereka pun ditanya: kenapa mereka melakukan hal itu? Mereka pun menjawab: “Ini adalah hari dimana Allah memenangkan Nabi Musa dan Bani Israil atas Firaun. Maka kami pun berpuasa di dalamnya sebagai bentuk pengagungan terhadapnya.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata: “Kami jauh lebih pantas (memuliakan) Musa daripada kalian.”  Maka beliau pun memerintahkan untuk berpuasa (pada Hari Asyura-penj.”

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Kita tidak akan memahami seberapa besar dan agung nilai kemenangan Nabi Musa ‘alaihissalam pada Hari Asyura itu, kecuali jika kita mencoba untuk merenungkan betapa berat dan tidak mudahnya perjuangan Nabi Musa ‘alaihissalam menghadapi penguasa zhalim seperti Firaun.

Nabi Musa ‘alaihissalam lahir ke dunia dalam situasi dimana ia dikepung oleh ancaman kematian dari segenap penjuru. Beliau lahir saat Firaun mengeluarkan perintah untuk menghabisi dan membunuh semua bayi Bani Israil yang lahir pada saat itu, disebabkan mimpi buruknya akan kehilangan semua kekuasaannya di tangan seorang anak yang lahir dari kalangan Bani Israil.

Tapi di saat kematian mengancam dari segala penjuru itu, Musa kecil justru diselamatkan Allah Azza wa Jalla melalui permaisuri Firaun yang justru mengangkatnya sebagai anak, hingga Musa kecil justru tumbuh besar di dalam istana Firaun.

Hingga kemudian saat Nabi Musa menjadi dewasa, terjadilah peristiwa pemukulan yang dilakukannya terhadap seorang penduduk Mesir yang segera saja tewas karena pukulan Nabi Musa. Hal yang kemudian menyebabkan Nabi Musa melarikan diri meninggalkan Mesir, terlunta-lunta dalam keadaan tak punya apa-apa, berjalan menuju Negeri Madyan.

Untuk kesekian kalinya, pertolongan Allah hadir untuknya. Di Madyan, Nabi Musa bertemu dengan Nabi Syu’aib, yang kemudian menikahkannya dengan salah seorang putrinya. Hingga beberapa waktu kemudian, Nabi Musa pun menerima wahyu dan diangkat sebagai seorang nabi dan rasul. Ia pun kembali ke Mesir untuk menunaikan tugasnya sebagai nabi dan rasul: mendakwahi Firaun dan juga mendakwahi Bani Israil.

Pada saat itu, terjadilah sebuah peristiwa besar yang mengguncangkan kekuasaan Fir’aun.yang puncak kepongahannya membuat ia berkata:

Artinya:

“Akulah tuhan kalian yang paling tinggi.”

Firaun memanggil semua tukang sihir terhebatnya untuk membungkam Nabi Musa ‘alaihissalam. Para tukang sihir itupun berkumpul hanya untuk menghadapi satu lawan, yaitu Nabi Musa ‘alaihissalam. Nabi Musa ‘alaihissalam benar-benar sendiri di hadapan Firaun, di hadapan para menterinya, di hadapan balatentaranya, dan tentu saja di hadapan para penyihir terbaik Mesir pada waktu itu.

Dan kita semua mengetahui apa yang terjadi kemudian. Hanya dengan sebilah tongkat biasa, dengan izin dan pertolongan Allah Sang Maha Perkasa, Musa ‘alaihissalam menaklukkan semua kekuatan sihir para penyihir itu, sekaligus membungkam kepongahan Firaun. Bahkan tidak hanya itu, para penyihir itu justru menyatakan beriman dan bersujud hanya kepada Allah, Tuhannya Nabi Musa ‘alaihissalam!

Allah berfirman:

(سورة طه: 70) فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ مُوسَى وَهَارُونَ

Artinya:

“Lalu para penyihir itu tersungkur bersujud, mereka berkata: ‘Kami beriman kepada Tuhan Musa dan Harun’.

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah!

Kekalahan hebat itu membuat Firaun semakin marah dan murka. Akibatnya, Nabi Musa ‘alaihissalam membawa kaumnya, Bani Israil, untuk melarikan diri di malam hari agar menjauh dari kezhaliman Firaun yang marah. Terjadilah kejar-mengejar yang sangat sengit, sampai-sampai digambarkan di dalam al-Qur’an:

 فَلَمَّا تَرَاءَى الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ * قَالَ كَلَّا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ ﴾ [الشعراء: 61، 62]

Artinya:

“Maka ketika 2 kelompok itu (Bani Israil dan pasukan Firaun) saling melihat, berkatalah para pengikut (Nabi) Musa: ‘Sungguh kita pasti akan  benar-benar tertangkap!’. (Tapi Nabi Musa) mengatakan: ‘Sama sekali tidak! (Karena) sungguh bersamaku ada Tuhanku yang akan selalu memberiku petunjuk.’”  (Surah al-Syu’ara: 61-62).

Hingga akhirnya, Nabi Musa alaihissalam bersama Bani Israil pun tiba di tepi laut. Firaun bersama pasukannya semakin dekat. Situasinya semakin menakutkan dan mengkhawatirkan. Sampai akhirnya, Allah Azza wa Jalla perintahkan kepada Nabi Musa alaihissalam untuk memukulkan tongkatnya, dan terjadilah pertolongan Allah yang tak terduga! Laut yang dalam itu terbelah dua, aliran gelombangnya berdiri tegak selayaknya gunung, dasarnya mengering, hingga Nabi Musa bersama pengikutnya bisa menyeberanginya tanpa kesulitan.

Pertolongan Allah tidak berhenti di situ. Saat Firaun dan pasukannya juga mulai masuk mengejar ke dasar laut yang terbelah itu. Allah Ta’ala perintahkan laut itu untuk kembali seperti semula dan menenggelamkan Firaun bersama pasukannya.

Kaum muslimin yang berbahagia!

Kisah panjang perjuangan Nabi Musa alaihissalam itulah yang menjadi latar belakang Hari Asyura atau 10 Muharram. Sebuah kisah yang menyimpan begitu banyak pelajaran bagi kita semua, antara lain:

Pertama, perjuangan menegakkan Tauhid kepada Allah Ta’ala di sepanjang sejarah akan selalu menjadi perjuangan yang sangat berat dan tidak pernah mudah. Para pejuang Tauhid di sepanjang masa, akan selalu berhadapan dengan “Firaun-firaun” yang memosisikan dirinya sebagai manusia istimewa, yang harus dikultuskan dan diperlakukan berbeda dari manusia lainnya, bahkan tidak jarang menganggap dirinya sebagai tuhan.

“Firaun-firaun” ini mewujud dalam banyak bentuk di kehidupan manusia; mulai dalam wujud penguasa yang lupa daratan sampai tokoh agama yang haus penghormatan. Hari-hari ini misalnya, kita sering mendengarkan oknum-oknum bersurban putih mengatasnamakan “keturunan Nabi” yang ingin diperlakukan istimewa, dikultuskan, bahkan mengklaim hak memasukkan ke Surga dan mengeluarkan dari Neraka. Bahkan pada sebagian narasi-narasi mereka, dengan jelas kita mendengarkan bagaimana mereka mengklaim dapat melakukan hal-hal yang menjadi hak prerogatif Allah Azza wa Jalla! Wal ‘iyadzu bilLah.

Model-model seperti inilah yang akan selalu menjadi penghalang para pejuang Tauhid. Karakter Firaunisme yang selalu ingin dikultuskan dan diperlakukan istimewa hingga sampai derajat selayaknya Tuhan. Maka berhati-hatilah kita dengan tokoh-tokoh agama yang semacam ini. Jangan sampai mulanya kita berniat baik untuk belajar agama, ujung-ujungnya malah tersesat menjauh dari agama yang sebenarnya.

Pelajaran kedua, kaum muslimin yang berbahagia, adalah bahwa di dunia ini tidak ada satupun kezhaliman yang akan terluput dan terlepas dari balasan Allah Azza wa Jalla.

Allah Ta’ala berfirman:

 وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ 

Artinya:

“Dan janganlah engkau mengira, bahwa Allah lengah dari apa yang diperbuat oleh orang yang zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak (Hari Kiamat)…”  (Surah Ibrahim: 42).

Firaun dengan segala sumber daya yang dimilikinya, dengan segala keberhasilan dan kejayaan pembangunan infrastruktur Mesir ketika itu, dengan segala kekuatan militer yang tunduk di bawah telunjuknya; ternyata tidak mampu melawan keMahakuasaan Allah Azza wa Jalla. Untuk menghancurkan kekuasaan dan kezhaliman Firaun yang melegenda itu, Allah Ta’ala bahkan hanya perlu menggerakkan satu di antara milyaran tentaraNya di alam semesta ini. Allah hanya perlu menggerakkan laut di salah satu sudut bumi ini untuk melumat Firaun dan kekuatan militernya dalam sekejap. Dan selesailah kisah makhluk zhalim bernama Firaun itu seketika!

Maka bagi siapapun yang pernah berbuat zhalim kepada orang lain, ingatlah peringatan Allah dalam ayat di atas. Jika Allah Ta’ala belum menghukum Anda sekarang, itu bukan karena Allah tidak tahu atau lupa. Allah hanya menundanya hingga waktu yang tepat.

Dan bagi mereka yang hari ini terzhalimi, jangan khawatir, Allah Ta’ala Mahakuasa, Allah tidak pernah tidur, tidak ada yang terluput dariNya. Semuanya akan terbalaskan pada waktunya. Bersabarlah, berdoalah dan bertaubatlah, karena mungkin kezhaliman yang Anda alami adalah juga balasan atas kezhaliman Anda di masa lalu.   

Pelajaran ketiga, kaum muslimin yang berbahagia, hingga hari-hari ini, kita masih terus menjadi saksi atas kezhaliman penjajah Zionis di bumi Palestina, khususnya di bumi para syuhada’, Gaza. Benar, bahwa para penjajah Zionis itu mungkin adalah keturunan Bani Israil yang dulu diselamatkan bersama Nabi Musa ‘alaihissalam. Tapi fakta sejarah juga menunjukkan, bahwa nenek moyang mereka itulah yang kemudian menjadi pembangkang utama Nabi Musa ‘alaihissalam.

Nenek moyang para Zionis itulah yang selalu melanggar perintah Allah Ta’ala melalui Nabi Musa ‘alaihissalam, meski telah diselamatkan dari perbudakan dan kezhaliman Firaun di Mesir. Saat mereka diperintahkan untuk mentauhidkan Allah, mereka justru menyembah patung sapi yang dibuat oleh Samiri. Bahkan saat diperintahkan untuk masuk ke bumi Palestina, mereka menolak dan membangkang. Kenapa? Karena mereka pengecut dan takut berjihad bersama Nabi Musa ‘alaihissalam. Mereka bahkan mengatakan: “Pergilah engkau bersama Tuhanmu, wahai Musa, karena kami akan tinggal duduk di sini saja!”

Karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan:

نَحْنُ أَوْلَى بمُوسَى مِنكُم

Artinya:

“…kami lebih pantas untuk (memuliakan) Nabi Musa dibanding kalian (bangsa Yahudi)…”.

Kenapa? Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pelanjut perjuangan Tauhid yang dibawa oleh Nabi Musa alaihissalam. Karena umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam rela mengorbankan jiwa dan raga mereka untuk mengembalikan bumi Palestina, bumi al-Aqsha dan dan bumi al-Quds sebagai bumi Tauhid dan tanah air seluruh ahli Tauhid di dunia ini; tidak seperti nenek moyang para zionis yang menolak berjihad bersama Nabi Musa ‘alaihissalam.

بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فَي القُرْآنَ العَظِيْمِ, وَنَفَعْنِيْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ, قُلْتُ مَا سَمِعْتُمْ وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُؤْمِنِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ للهِ عَلَىْ إِحْسَاْنِهِ ، وَالْشُّكْرُ لَهُ عَلَىْ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَاْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَاْ إِلَهَ إِلَّاْ اللهُ تَعْظِيْمَاً لِشَأْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْدَّاْعِيْ إِلَىْ رِضْوَاْنِهِ صَلَّى اللهُ عَلِيْهِ وَعَلَىْ آلِهِ وَأَصْحَاْبِهِ وَإِخوَانِهِ.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Salah satu ibadah penting di bulan Muharram ini adalah berpuasa di Hari Asyura atau 10 Muharram. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وصِيامُ يومِ عاشُوراءَ، إِنِّي أحْتَسِبُ على اللهِ أنْ يُكَفِّرَ السنَةَ التِي قَبْلَهُ

Artinya:

“…Dan puasa Hari Asyura, sungguh aku mengharapkan balasannya dari Allah agar ia dapat menghapuskan dosa 1 tahun sebelumnya.”  (HR. Muslim).

Jika kita ingin menggenapkan kesempurnaannya, maka kita dianjurkan untuk berpuasa satu hari sebelumnya (yaitu pada tanggal 9 Muharram). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَئِنْ بَقِيْتُ إِلِى قِابِلٍ لَأَصُوْمَنَّ التَّاسِعَ

Artinya:

“Sungguh jika aku masih hidup hingga tahun depan, aku pasti akan berpuasa pada hari kesembilan (Muharram).”  (HR. Muslim).

Imam al-Nawawi rahimahullah menjelaskan alasannya dengan mengatakan:

“Sebagian ulama menjelaskan bahwa barangkali alasan (disyariatkannya) berpuasa pada tanggal 9 dengan 10 (Muharram) adalah agar kita tidak menyerupai orang Yahudi yang hanya berpuasa pada tanggal 10 (Muharram).”

Semoga kita semua bisa mengamalkan sunnah mulia ini pada tahun ini, sebagai bentuk kecintaan kita pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan saudara seperjuangannya, Nabi Musa ‘alaihissalam.

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰۤىِٕكَتَهُۥ یُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِیِّۚ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَیۡهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسۡلِیمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ . وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

 اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،يَا سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ

اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ غَزَّةَ، اَللَّهُمَّ احْفَظْهُمْ بِحِفْظِكَ، وَثَبِّتْ أَقْدَامَهُمْ، وَارْزُقْهِمْ مِنْ حَلاَلِكَ، وَانْصُرْهُمْ عَلَى الْيَهُوْدِ الْغَاصِبِيْنَ وَمَنْ عَاوَنَهُمْ فِيْ عُدْوَانِهِمْ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

 رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً  إِنَّكَ أ نْتَ الْوَهَّابُ

رَبَّنَا تَقَبَّل مِنَّا وَقِيَامَنَا وَسَائِرَ أَعمَالِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

   رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا

رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ  اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَ لْمُسلِمِين وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِينَ وَأَعدَاءَكَ يَا عَزِيزٌ يَا قَهَّارٌ يَا رَبَّ العَالَمِينَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

 سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.