Home Artikel Perintah Senantiasa Membersihkan Jiwa dan Raga

Perintah Senantiasa Membersihkan Jiwa dan Raga

0
Laut di Sore Hari
Ilustrasi kebersihan laut/Istock

mim.or.id – Islam memerintahkan setiap insan yang beriman untuk selalu dan senantiasa membersihkan Jiwa dan Raga karena semua yang ada pada diri akan dimintai pertanggungjawabkan.

Ancaman bagi Mereka yang Tidak Menjaga Hadas Kecil

Abbas Radhiyallahu ‘anhu menceritakan: ”Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam suatu hari pernah melewati 2 buah kuburan kemudian beliau berkata kepada para sahabat:

”Sesungguhnya kedua penghuni kubur ini sedang disiksa didalam kuburnya dan penyebab siksaan itu bukan disebabkan perkara yang besar tetapi disebabkan perkara yang remeh yang dipandang enteng oleh manusia yang ringan dimata manusia.

 Namun menjadi sebab dirinya disiksa di dalam kubur, adapun orang yang pertama ketika ia buang air kecil dia tidak menjaga auratnya bahkan dia menampakkan auratnya, dalam riwayat yang lain dia tidak suci dan bersih ketika bersitinja, Rasulullah bersabda:

عَنْ أَنَسٍ , قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ :  تَنَزَّهُوا مِنَ الْبَوْلِ فَإِنَّ عَامَّةَ عَذَابِ الْقَبْرِ مِنْهُ

Dari Anas Radhiyallahu anhu, dia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bersihkanlah diri dari air kencing. Karena sesungguhnya kebanyakan siksa kubur berasal darinya.” [HR. Ad-Dȃruquthnȋ dalam Sunannya, no. 459. Dan hadits ini dinilai shahȋh oleh Syaikh al-Albani dalam Irwȃul Ghalȋl, no. 280].

Baca Juga: Perintah Menambah Ketaatan di Usia Senja

Laknat Bagi Mereka yang Suka Mengadu Domba


Adapun penghuni kubur yang kedua dia senantiasa berjalan dengan namimah (Adu domba) menukil perkataan ke yang satu dengan yang lain dengan niat untuk merusak hubungan dan ukhuwah diantara manusia, ini salah satu sifat yang buruk yang merupakan sifat dari syaithan.

Barangsiapa yang mewarisinya maka dia telah mewarisi sebagian dari sifat-sifat syaithan, sebaliknya barangsiapa yang memiliki jiwa yang bersih, hati yang selalu mencintai saudaranya karena Allah dengan segala kelebihan dan kekurangannya maka ini adalah salah satu dari sifat penghuni surga.

Sebagaimana Allah Subhanahu wata’ala sebutkan didalam Al-Qur’an tentang sifat dan ciri penghuni surga:

وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ ۖ وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ ۖ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ ۖ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran”. Dan diserukan kepada mereka: “ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan“. (QS. Al-A’raf: 43).

Senantiasa Membersihkan Diri dari Kebencian

Ulama kita mengatakan:”Barangsiapa yang hatinya selalu bersih untuk membenci saudaranya dari kaum muslimun siapapun dia maka sungguh dia telah mewarisi sebagian dari sifat-sifat penghuni surga”.

Baca Juga: Riyadhusshalihin, Menambah Ketaatan di Usia Senja Hadist Ke 116

Allah  menjadikan aqidah dan agama yang mulia ini ikatan yang paling kokoh yang kekal sampai pada hari kiamat, segala macam bentuk pertemanan, persahabatan yang landasannya adalah dunia nanti.

Mereka akan bermusuhan antara yang satu dengan yang lain bahkan walaupun mereka masih ada hubungan kekerabatan atau keluarga, Allah Subhanahu wata’ala berfirman didalam Al-Qur’an:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَا يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا ۚ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ ۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ

“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah”. (QS. Luqman : 33).

Seorang bapak tidak mampu lagi menolong anaknya dan seorang anak tidak mampu lagi menolong bapaknya. Semuanya akan mempertanggungjawabkan amalannya masing-masing.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WhatsApp us
Exit mobile version