mim.or.id – Faedah dari Kisah Nabi Shalih ‘Alaihissalam dan Kaum Tsamud
(Diterjemahkan dan disadur dari kitab Qashash al-quran lil ‘allamah as-sa’dy disusun oleh fayiz bin sayyaf bin as-suraih)
Oleh: Sayyid Syadly
Pertama: Kesatuan Dakwah Para Nabi.
Semua nabi ‘alaihimussalam memiliki misi dakwah yang sama, yaitu menyeru kepada kebenaran dan tauhid. Barangsiapa yang mendustakan satu nabi, berarti ia telah mendustakan seluruh nabi, karena ia menolak kebenaran yang dibawa oleh setiap nabi. Oleh sebab itu, dalam berbagai kisah disebutkan:
كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ ٱلْمُرْسَلِينَ
“Kaum Nabi Nuh telah mendustakan para rasul” (QS Asy-Syu’ara: 125)
كَذَّبَتْ عَادٌ ٱلْمُرْسَلِينَ
“Kaum ‘Aad telah mendustakan para rasul” (QS Asy-Syu’ara: 123)
كَذَّبَتْ ثَمُودُ ٱلْمُرْسَلِينَ
“Kaum Tsamud telah mendustakan para rasul” (QS Asy-Syu’ara: 141)
Kedua: Azab Allah bagi Kaum yang Durhaka:
Azab dari Allah terhadap kaum yang zalim datang ketika kejahatan mereka telah mencapai puncaknya. Kekafiran dan penolakan mereka menyebabkan kebinasaan, namun Allah Ta’ala memberikan tenggang waktu hingga dosa-dosa mereka bertambah.
Ketika Allah Ta’ala menghukum mereka, itu adalah dengan kekuasaan-Nya yang Maha Perkasa. Allah memberi kesempatan, namun ketika azab itu datang, tidak ada lagi jalan untuk lari dari-Nya.
Ketiga: Penghalang dalam Menerima Kebenaran:
Kepercayaan yang salah yang diambil dari leluhur atau orang-orang yang dihormati sering kali menjadi penghalang terbesar dalam menerima kebenaran.
Meskipun keyakinan tersebut tidak didasarkan pada bukti yang kuat atau logis, banyak yang menolaknya dengan alasan “mengikuti tradisi nenek moyang.”
Seperti yang dikatakan kaum Tsamud kepada Nabi Shalih, “Apakah kamu melarang kami menyembah apa yang disembah oleh leluhur kami?”
Dan semua kaum yang mendustakan rasul berkata,
إِنَّا وَجَدْنَآ ءَابَآءَنَا عَلَىٰٓ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰٓ ءَاثَٰرِهِم مُّقْتَدُونَ
“Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami berada pada suatu ajaran, dan sesungguhnya kami mengikuti jejak mereka” (Az-Zukhruf: 23).
Ini adalah jalan yang selalu ditempuh oleh para pengikut kebatilan, yang diatur oleh setan untuk menjauhkan manusia dari jalan Allah.
Sementara jalan para rasul adalah jalan petunjuk dan kebenaran, dan tidak ada yang lebih benar selain kebenaran itu sendiri; maka tidak ada pilihan lain setelah kebenaran selain kesesatan?!
Sebelumnya: Kisah Nabi Shalih ‘Alaihissalam
Selanjutnya: Kisah Nabi Ibrahim Khalilur Rahman ‘Alaihissalam