mim.or.id – Setiap dari insan yang beriman, tentu berharap kelak diakhirat dimasukan kedalam surga dan dijauhkan dari siksa api neraka. Namun untuk mewujudkan hal demikian, membutuhkan ketaatan dan ibadah kepada-Nya.
Allah berfirman di dalam Al-Qur’an:
وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ , فَكُّ رَقَبَةٍ
“Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?, (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan”. (QS. Al-Balad: 12-13).
Diantara cara membebaskan diri dari api neraka adalah dengan membebaskan budak yang merupakan amalan yang paling mulia. Rasulullah bersabda:”Yang paling mahal harganya dan paling berharga disisi majikannya”.
Baca Juga: Perkara Timbangan Amal Seseorang, Begini Penjelasan Para Ulama
Pernah suatu ketika sekelompok budak datang kepada beliau karena merasakan beban yang begitu berat dari majikan mereka, akhirnya mereka berkata kepada Imam Ibnu Jauzi:”Ya Syaikh tolong berikutnya bahas tentang keutamaan membebaskan budak kami terisiksa sekali”.
Mereka tahu bahwasanya jika Ibnu Jauzi yang menyampaikan keutamaan membebaskan budak maka para majikan akan membebaskan budaknya, Ibnu Jauzi mengatakan:“Baik insya Allah”. Keesokan harinya mereka menunggu-nunggu dimajelis ternyata imam Ibnu Jauzi tidak membahas keutamaan membebaskan budak.
Pekan berikutnya beliau membahas tema yang lain, setelah pekan ketiga mereka meminta beliau menyampaikan keutamaan membebaskan budak dimajelis. Para budak datang kepada Imam Ibnu Jauzi:”Ya imam mengapa terlambat 3 pekan untuk disampaikan kami tersiksa”.
Baca Juga: Bukan Jabatan dan Harta, Inilah Perkara yang Harus Diminta Kepada-Nya
Kemudian, Imam Ibnu Jauzi berkata:
”Sejak kalian meminta saya membawakan materi itu saya sudah siap tetapi saya tidak punya budak untuk saya bebaskan. Olehnya saya bekerja dulu mengumpulkan dana untuk beli budak lalu saya bebaskan karena saya tidak mau menyampaikan sesuatu yang belum saya amalkan.
