Home Artikel Adab-Adab Menyambut Ramadhan, Pelajari Ilmunya agar Tidak Merugi!

Menyambut Ramadhan, Pelajari Ilmunya agar Tidak Merugi!

0
Ilustrasi Kubah dan Bulan/Unplash

mim.or.id – Sebentar lagi Ramadhan akan tiba, untuk itu diperlukan persiapan hati dan niat, bukan sekadar mempersiapkan sesuatu yang bersifat materi semata.  Olehnya, pola pikir harus kita ubah ialah jangan sampai kita lebih disibukkan dengan materi padahal yang paling penting dirubah ialah kesibukann untuk selalu beribadah.

Setiap tahun banyak disaksikan pada saat awal Ramdahan, masjid selalu penuh bahkan lalu lintas harus diatur polisi, memasuki pertengahan semua mulai redup dan akan semakin redup ketika menjelang akhir Ramadhan karena orang lebih sibuk dengan mudiknya, kuenya, prabotnya, hingga baju barunya.

Padahal semestinya, semakin menjelang Ramadhan ibadaha juga harus semakin meningkat dan puncak kemuliaan Ramadhan ada pada akhirnya. Sebagaimana Nabi bersbada:

Baca Juga: MABIT Menjelang Ramadhan, Kepala Kuttab Qur’an MIM: Pembekalan Tentang Fiqih Puasa

Rasulullah SAW ketika masuk 10 hari terakhir bulan Ramadan, mengencangkan kain bawahnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya.” (muttafaq ‘alaih).

Hal seperti ini masih banyak ditemui di Saudi Arabia, mereka memahami dengan Ilmunya bahwa keutamaan Ramadahan itu ada pada akhir-akhirnya bahkan polisi baru diturunkan pada saat menjelang akhir Ramadahan. Demikianlah ketika kita mengetahui keutamaan seseuatu maka kita akan semangat dan bergairah untuk mendapatkannya.

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah Ayat 183:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Ayat ini berupa panggilan sekaligus kemuliaan karena dipanggil dengan ‘Hai orang-orang yang beriman’. Karena iman merupakan kunci dari segala kebaikan, jika seseorang tidak memiliki kuncinya (iman) maka ia tidak mendapatkan pahala hanya mendapatkan kebaikan di dunia saja.

Baca Juga: Ramadhan Semakin Dekat, Sudah Siapkah Dirimu?

Sebagai contoh, paman Nabi Muhammad yaitu Abu Thalib, siapa yang mengingkari kebaikannya bahkan dia lebih mencintai Nabi Muhammad ketimbang anaknya sendiri tetapi dia  meninggal dalam kondisi kekufuran dan tidak mengtauhidkan Allah, akhirnya semua kebaikan itu tidak berguna baginya kelak di akhirat.

Jadi iman ini harus dirawat dan dijaga dengan baik. Sehingga para ulama mendefenisikan iman itu bertambah dan berkurang. Bertambah karena ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Jika kita merasa masih terpanggil dengan ayat ini maka sungguh beruntunglah kita semua.

Sehingga Abdullah bin Mas’ud pernah mengatakan jika Allah memanggil manusia ‘Hai orang-orang yang Beriman’, maka pasanglah pendengaran kalian baik-baik karena setelah itu akan ada kalimat perintah untuk mengerjakannya kebaikan ataupun larangan berbuat kemaksiatan

Sumber:  Ustadz Harman Tajang, , Lc., M.H.I (Direktur Markaz Imam Malik)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WhatsApp us
Exit mobile version