Home Uncategorized Khutbah Jum’at: Orang Tuamu, Jalan Surgamu (Edisi 023, Jum’at 27 Muharram 1446...

Khutbah Jum’at: Orang Tuamu, Jalan Surgamu (Edisi 023, Jum’at 27 Muharram 1446 H)

0
Sampul Khutbah Jum'at/Ammu

mim.or.id – Kami kembali menyajikan Khutbah Jum’at yang berjudul ‘Orang Tuamu, Jalan Surgamu’ (Edisi 023, Jum’at 27 Muharram 1446 H).

Untuk PDF DOWNLOAD DISINI

Naskah khutbah selengkapnya:

ORANG TUAMU, JALAN SURGAMU

KHUTBAH KEDUA

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.

اللهم صلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ،  وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah!

Segala ungkapan syukur hanya kita haturkan kepada Allah Ta’ala semata. Kita memujiNya dalam balutan syukur atas semua karunia hidayahNya hingga kita mengenal Islam, hingga kita menjadikannya sebagai pedoman hidup kita hingga ke akhirat. Islam inilah yang mengajarkan kita untuk tidak hanya memperbaiki hubungan dengan Allah Ta’ala, namun juga mengajarkan kita untuk memperbaiki hubungan dengan sesama makhluk, khususnya kepada kedua orang tua kita.

 Jamaah Jum’at yang berbahagia!

Di dalam al-Qur’an, pesan dan perintah berbakti kepada kedua orang tua seringkali digandengkan dengan kewajiban untuk mentauhidkan Allah Ta’ala.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

﴿ وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ﴾ [النساء: 36]،

Artinya:

“Dan beribadahlah kalian (hanya) kepada Allah, dan janganlah kalian menyekutukanNya dengan apapun, dan kepada kedua orang tua (hendaklah kalian) berbuat baik.” (Surah al-Nisa’: 36)

Allah Ta’ala berfirman:

﴿ قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ﴾ [الأنعام: 151]،

Artinya:

“Katakanlah (wahai Muhammad), marilah kalian aku bacakan apa yang telah diharamkan oleh Tuhan kalian, (yaitu) hendaklah kalian jangan menyekutukan-Nya dengan apapun, dan (hendaklah) berbuat baik kepada kedua orang tua.” (Surah al-An’am: 151)

Di dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berpesan:

﴿ وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ﴾ [الإسراء: 23].

Artinya:

“Dan Tuhanmu telah menetapkan: janganlah kalian beribadah kecuali kepadaNya, dan hendaklah (kalian) berbuat baik kepada kedua orang tua.” (Surah al-Isra’: 23)

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa berbakti kepada orang tua, menjaga hubungan dengan kedua orang tua, diposisikan oleh Allah Ta’ala sendiri setelah kewajiban beribadah dan mentauhidkanNya.

Ini menunjukkan bahwa amal shalih terbesar setelah ibadah dan tauhid kepada Allah Ta’ala adalah berbakti kepada kedua orang tua. Berbakti kepada orang tua adalah skala prioritas seorang hamba di dunia ini untuk membangun kebahagiaan kita di Akhirat nanti.

Karena itu, kaum muslimin yang dimuliakan Allah Ta’ala, kewajiban berbakti kepada ayah dan ibu begitu besar di sisi Allah hingga kewajibannya lebih dike-depankan daripada kewajiban berjihad di jalan Allah.

Dalam kitab Shahih Muslim, diriwayatkan bahwa pernah seorang sahabat datang meminta izin kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk ikut serta berjihad. Namun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam malah bertanya:

أَحَيٌّ وَالِدَاكَ؟

“Apakah kedua orangtuamu masih hidup?”

Orang itu menjawab: “Iya”. Maka kepadanya Rasulullah berpesan:

فَفِيْهِمَا فَجَاهِدْ

“Maka kepada keduanyalah hendaknya engkau berjihad (dengan berbakti pada mereka-penj).”

Karena begitu besarnya kewajiban berbakti kepada keduanya, sehingga kewajiban itu tetap wajib ditunaikan meskipun keduanya masih kafir dan tidak memeluk Islam.

Allah Ta’ala berfirman:

﴿ وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ﴾ [لقمان: 15].

Artinya:

“Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang engkau tidak punya ilmu tentang itu, janganlah patuhi keduanya, (tetapi) pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku.” (Surah Luqman: 15)

Karena besarnya kewajiban berbakti kepada mereka berdua, sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menetapkan keduanya sebagai manusia yang paling berhak menerima perlakuan terbaik kita.

Pernah seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berhak menerima perlakuan baikku?” Beliau menjawab: “Ibumu”.

“Lalu siapa?” tanya pria itu lagi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Ibumu.”

“Lalu siapa?” tanya pria itu lagi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Ibumu”.

“Lalu siapa?” tanya pria itu lagi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Ayahmu.”

 Jamaah Jum’at yang berbahagia!

Bahkan tidak hanya itu, begitu besarnya kewajiban berbakti pada keduanya bahkan mengharuskan kita untuk melanjutkannya meski mereka telah tiada.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam Musnadnya, bahwa ada seorang sahabat dari kalangan Anshar bertanya pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah, apakah masih tersisa (kewajiban) berbakti pada kedua orangtuaku yang harus kutunaikan setelah mereka meninggal dunia?”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:

نَعَمْ، اَلصَّلاَةُ عَلَيْهِمَا، وَاْلاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا، وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا، وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لاَ تُوْصَلُ إِلاَّ بِهِمَا، وَإِكْرَامُ صَدِيْقِهِمَا

Artinya:

“Iya, mendoakan keduanya, memohon ampunkan untuk keduanya, menunaikan janji mereka setelah (kepergian) mereka, menyambung hubungan kerabat yang tak tersambungkan kecuali dengan keduanya, serta memuliakan sahabat mereka berdua.” (HR. Ahmad)

Karena itu, tidak mengherankan, dengan besarnya kewajiban berbakti pada kedua orang tua itu, besar pula balasan Allah Azza wa Jalla bagi siapapun yang berkomitmen untuk berbakti kepada ayah-bundanya, meskipun untuk itu ada banyak ujian yang tidak mudah untuk dilalui. Apalagi jika ayah-bunda itu telah memasuki usia lanjutnya, maka sudah pasti dibutuh-kan kesabaran yang berlimpah untuk menunaikan kewajiban berbakti kepada mereka.

Salah satu keutamaan penting berbakti kepada ayah-bunda adalah ia menjadi sumber hadirnya keridhaan Allah Ta’ala dalam hidup kita. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا اْلوَالِدَيْنِ

Artinya:

“Keridhaan Allah itu ada dalam keridhaan kedua orang tua…” (HR. Al-Tirmidzi)

Jika keridhaan Allah sudah hadir dalam hidup kita, maka sempurnalah hidup kita. Jalan keluar akan selalu hadir, sebagaimana dalam kisah 3 orang yang terjebak dalam gua yang diselamatkan oleh Allah Ta’ala, salah satunya karena diantara mereka ada hamba yang teguh berbakti kepada kedua orangtuanya.

Jika Allah Ta’ala telah ridha kepada kita, maka jalan akhirat kita insya Allah akan menjadi jauh lebih mudah. Jalan menuju SurgaNya akan dipenuhi dengan kemudahan. Karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اَلْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ، فَإِنْ شِئْتَ فَحَافِظْ عَلَى اْلبَابِ

Artinya:

“Orangtua adalah pintu Surga yang paling tengah. Maka jika engkau mau, jagalah pintu itu…” (HR. Al-Tirmidzi)

Itulah sebabnya, salah satu model manusia yang didoakan celaka oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang masih sempat mendapati kedua orang tuanya hidup, namun ia tidak memanfaatkan kesempatan itu untuk berbakti kepada mereka. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:

رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ؛ أَحَدَهُمَا، أَوْ كِلَيْهِمَا، فَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ

Artinya:

“Celakalah, kemudian celakalah orang yang mendapati kedua orang tuanya saat lanjut usia, salah seorang atau kedua-duanya, namun ia tidak masuk Surga.” (HR. Muslim).

Maka, semoga kita semua dapat merenungkan pesan-pesan Allah dan RasulNya, terutama dalam menjalani sisa-sisa kesempatan kita dalam berinteraksi dan bermuamalah dengan kedua orang tua kita.

بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فَي القُرْآنَ العَظِيْمِ, وَنَفَعْنِيْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ, قُلْتُ مَا سَمِعْتُمْ وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُؤْمِنِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ للهِ عَلَىْ إِحْسَاْنِهِ ، وَالْشُّكْرُ لَهُ عَلَىْ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَاْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَاْ إِلَهَ إِلَّاْ اللهُ تَعْظِيْمَاً لِشَأْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْدَّاْعِيْ إِلَىْ رِضْوَاْنِهِ صَلَّى اللهُ عَلِيْهِ وَعَلَىْ آلِهِ وَأَصْحَاْبِهِ وَإِخوَانِهِ.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Jika berbakti kepada kedua orang tua adalah amal shalih terbaik setelah mentauhidkan Allah Ta’ala, maka sebaliknya, durhaka kepada kedua orang tua adalah dosa dan maksiat terburuk setelah syirik dan menyekutukan Allah Ta’ala.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟

Artinya:

“Tidakkah aku kabarkan kepada kalian dosa besar yang paling besar?”

Para sahabat berkata: “Tentu saja, wahai Rasulullah.”

Beliau bersabda:

اَلإِشْرَاكُ بِاللهِ، وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ

Artinya:

“Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Durhaka pada kedua orang tua juga akan menjadi sumber dan sebab kemurkaan Allah Ta’ala kepada kita. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

Artinya:

“…Kemurkaan Allah ada dalam kemurkaan orang tua.”

Bahkan durhaka pada ayah-bunda adalah salah satu dosa yang berpeluang disegerakan hukumannya di dunia ini sebelum di akhirat nanti. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كلُّ ذنوبٍ يؤخِرُ اللهُ منها ما شاءَ إلى يومِ القيامةِ إلَّا البَغيَ وعقوقَ الوالدَينِ ، أو قطيعةَ الرَّحمِ ، يُعجِلُ لصاحبِها في الدُّنيا قبلَ المَوتِ

Artinya:

“Semua dosa itu (bisa) ditunda (hukumannya) oleh Allah hingga waktu yang dikehendakiNya hingga Hari Kiamat, kecuali kezhaliman, durhaka pada kedua orang tua, atau memutus silaturahmi; hukumunnya akan disegerakan kepada pelakunya di dunia sebelum kematian.” (HR. Abu Dawud dan al-Tirmidzi)

Maka, sekali lagi, semoga kita semua dapat merenungkan pesan-pesan Allah dan RasulNya, terutama dalam menjalani sisa-sisa kesempatan kita dalam berinteraksi dan bermuamalah dengan kedua orang tua kita.

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰۤىِٕكَتَهُۥ یُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِیِّۚ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَیۡهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسۡلِیمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ . وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

 اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،يَا سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ  

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

  رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً  إِنَّكَ أ نْتَ الْوَهَّابُ

رَبَّنَا تَقَبَّل مِنَّا وَقِيَامَنَا وَسَائِرَ أَعمَالِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ      

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا

رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ  اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَ لْمُسلِمِين وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِينَ وَأَعدَاءَكَ يَا عَزِيزٌ يَا قَهَّارٌ يَا رَبَّ العَالَمِينَ 

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ  

 سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Mari mendukung program ini dengan berdonasi di:

BSI: 2422554558 atas nama Media MIM

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Exit mobile version