spot_img

Tafsir Surah Al Hujurat Ayat 11 Sesi 3

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim“. (QS. Al – Hujurat : 11).

Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwasanya ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam hijrah ke Madinah setiap diantara sahabat memiliki 3 panggilan (nama) ada diantara mereka jika dipanggil dengan nama tertentu dia marah kemudian disampaikanlah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam maka turunlah firman Allah (QS. Al – Hujurat : 11).

Laqab (panggilan) ada yang baik dan ada yang buruk dan dalam islam disebut (kunniyah, laqab), ayat diatas melarang untuk memanggil saudara kita dengan laqab (panggilan) yang buruk jika dia tidak senang dengan laqab tersebut, kecuali jika yang sudah masyur dengan laqab tersebut dan dia tidak marah, seperti perawi hadist yang bermana Al A’masy merupakan laqab yang sudah masyur kepadanya dan beliau tidak marah dengan sebutan laqab tersebut maka hal yang seperti ini tidak mengapa.

Di zaman sekarang kita melihat banyak diantara sesama kaum muslimin saling memanggil dengan laqab yang buruk bukan hanya panggilan buruk kepada manusia bahkan sampai kepada makanan, kita sering menjumpai atau melihat ada makanan yang diberi panggilan nasi goreng gila, nasi goreng syaithan, mie syaithan, dll. Padahal Allah Subhanahu wata’ala  senantiasa memerintahkan kita untuk berlindung dari syaithan namun sebagian manusia ada yang memberi nama buruk pada sebuah makanan hal ini merupakan salah satu tanda dari tanda – tanda hari kiamat.

Kemudian Allah menutup firmannya:

وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“Dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim“. (QS. Al – Hujurat : 11).

Ayat ini menunjukkan bahwa semua yang telah di jelaskan diatas adalah perbuatan dosa seperti mengejek orang lain, melecehkan orang lain dan memanggil dengan gelar – gelar yang buruk dan yang semisalnya.

Kita tahu bahwasanya yang membutuhkan taubat adalah dosa besar adapun dosa kecil berguguran dengan sendirinya yaitu dengan amalan sholeh yang kita kerjakan, jadi yang membutuhkan taubat secara khusus adalah dosa besar dan jika kita menjauhi dosa – dosa besar maka dosa – dosa kecil atau keburukan – keburukan yang kita lakukan akan berguguran dengan amalan sholeh yang kita kerjakan, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah dan hadist – hadist Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam berikut:

إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا

Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)”. (QS. An Nisa’: 31).

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ

Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”. (QS. Hud: 114).

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ

Antara shalat yang lima waktu, antara jum’at yang satu dan jum’at berikutnya, antara Ramadhan yang satu dan Ramadhan berikutnya, di antara amalan-amalan tersebut akan diampuni dosa-dosa selama seseorang menjauhi dosa-dosa besar”. (HR. Muslim no. 233).

Jadi, jangan mengira bahwa yang mendapatkan dosa adalah ucapan akan tetapi juga perbuatan oleh karenanya Syaikh Abdurrahman As Sadiy Rahimahullah menyebutkan dalam syarah atau tafsir ini beliau mengatakan: “Baik berupa perkataan atau perbuatan yang menunjukkan bahwasanya dia mengejek saudaranya”.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah marah kepada ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, ‘Aisyah berkata kepada Nabi:”Ya Rasulullah, ‘Aisyah hanya memberi syarat”, Jadi ‘Aisyah ini mengejek Shofiyah dengan menggunakan syarat yang menyebutkan kekurangan Shofiyah, dia mengatakan:”Ya Rasulullah Shofiyah itu orangnya seperti ini“, sambil memberi isyarat, maksud dari isyarat tersebut adalah Shofiyah orangnya pendek, Rasulullah kemudian marah dan berkata:”Ya ‘Aisyah diam sungguh engkau telah mengucapkan sebuah perkataan yang andaikan dicelupkan pada air laut maka semua lautan akan menjadi kotor”,

Dalam peritiwa Hudaibiyah ketika Rasulullah menerima perjanjian dengan orang – orang kafir Quraisy diantara point perjanjian dikatakan bahwasanya orang yang ada di Makkah yang baru masuk islam tidak boleh ke Madinah sebaliknya orang yang berada di Madinah yang murtad harus kembali ke kota Makkah, Rasulullah menerima perjanjian tersebut, namun nampaknya bagi Umar perjanjian ini tidak adil karena merugikan kaum muslimin, akhirnya Umar kemudian datang kepada Abu Bakar lalu berkata:”Ya Abu Bakar bukankah kita berada diatas kebenaran, kita dalah orang – orang yang beriman dan mereka adalah orang – orang musyrik, mengapa kita dihinakan dalam agama kita seperti ini”, Abu Bakar berkata:”Ini adalah dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam”, Umar tidak tenang akhirnya beliau langsung menemui Rasulullah dengan mengatakan:”Ya Rasulullah bukankah kita ini berada dalam kebenaran dan mereka dalam kebathilan, kita beriman dan mereka musryik mengapa kita menyerahkan kehormatan kita kepada mereka”, Nabi berkata:”Wahai Umar saya Rasulullah”,  Umar memberikan saran kepada Rasulullah yang menunjukkan kecemburuan beliau kepada agama Allah, disebutkan bahwasanya setelah ucapan itu terlontar dari mulutnya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau berkata:”Saya banyak mengerjakan amalan sholeh untuk menutupi kesalahan saya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam”.

Beginlah kehidupan orang – orang sholeh karena boleh jadi satu perkataan yang keluar dari mulut yang kita anggap remeh bisa menjadi sebab kita dimasukkan ke dalam neraka. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ لاَ يَرَى بِهَا بَأْسًا يَهْوِى بِهَا سَبْعِينَ خَرِيفًا فِى النَّارِ

Sesungguhnya seseorang berbicara dengan suatu kalimat yang dia anggap itu tidaklah mengapa, padahal dia akan dilemparkan di neraka sejauh 70 tahun perjalanan karenanya”. (HR. Tirmidzi no. 2314. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib).

Semoga Allah Subhanahu wata’ala mengampuni dosa – dosa kita dan menjauhkan kita dari sifat buruk yang telah kita sebutkan diatas yang bukan hanya terbatas pada perkataan namun juga perbuatan dan telah tegas Allah menyebutkan didalam Al-Qur’an:

وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ

Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela“. (QS. Al-Humazah : 1).

Humazah: mengejek dengan isyarat sebagaimana orang – orang kafir mereka mengejek orang – orang yang beriman tatkala orang beriman lewat mereka saling mengedip – ngedipkan mata diantara mereka dengan isyarat dan perbuatan. Adapun lumazah mengejek dengan perkataan.

Wallahu A’lam Bish Showaab



Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Senin, 05 Jumadil Awal 1439 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : https://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

ID LINE :  http://line.me/ti/p/%40nga7079p

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.