spot_img

Bahagia Dalam Galau (sesi 2)

  بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu pernah menunggang kendaraan tiba – tiba datang  berita bahwasanya anaknya meninggal, beliau turun dari kendaraanya kemudian melaksanakan sholat dan setelah itu beliau membaca firman Allah :

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ  الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُوا رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Rabb-nya, dan bahwa mereka akan kembali kepadanya(QS. Al Baqarah: 45-46).

Karena sabar dan sholat  didalamnya ada ketenangan,  terkadang ketika seseorang tertimpa musibah kita selalu mengingatkan kepadanya untuk bersabar dan jarang ada yang mengingatkannya untuk sholat padahal sabar dan sholat adalah penolong. Dari sahabat Hudzaifah Radhiyallahu anhu, ia berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى

Bila kedatangan masalah, Nabi Shallallahu alaihi wasallam mengerjakan shalat“. (HR. Ahmad). Bahkan beliau berkata kepada Bilal:”Istrahatkan kami dengan sholat“.

Dalam sholat ada ketenangan dan sedekat – dekat seorang hamba dengan tuhannya adalah ketika ia sujud kepada  Allah Subhanahu wata’ala, Rasulullah ketika menghadapi kesulitan atau ujian beliau mendirikan sholat, menggantungkan segala urusannya hanya kepada Allah Subhanahu wata’ala adapun dizaman sekarang semuanya diadukan difacebook, kegalauannya diketahui oleh seluruh dunia bahkan sampai urusan rahasianya, rumah tangganya, masalahnya, keluh kesahnya, kesedihannya, kesulitannya semuanya diungkapkan dimedsos padahal ia tidak tahu bahwasanya tidak semua manusia simpati dengan permasalahannya.  oleh karenanya senantiasalah menggantungkan hati dan harapan kita kepada Allah Subhanahu wata’ala, walaupun kita mendapatkan musibah jadikan hati kita senantiasa bergantung kepada  Allah Subhanahu wata’ala.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal“. (QS. At Taubah :51).

Ubadah Ibnu Shamit pernah mengatakan:”Engkau tidak akan pernah merasakan lezatnya dan indahnya kehidupan sampai engkau meyakini bahwasanya apa yang telah ditakdirkan untukmu tidak ada yang mampu untuk menghalanginya, dan apa yang tidak ditetapkan untukmu tidak ada yang mampu memberikannya”, ini merupakan aqidah bagaimana hati kita senantiasa bahagia bahkan dalam kondisi kegalauan sekalipun, karena kita yakin bahwasanya apa yang dipilihkan oleh Allah Subhanahu wata’ala itulah yang terbaik.

Kisah salah seorang ulama yang bernama Abu Qilabah Al-Jarmi, pernah suatu ketika didapati oleh Abdullah bin Muhammad di kemahnya, ia senantiasa membaca doa :”Ya, Allah. Tunjukilah aku agar aku bisa memujimu, sehingga aku bisa menunaikan rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah engkau anugerahkan kepadaku, dan engkau sungguh telah melebihkan aku di atas kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan”. beliau terus mengucapkan doa tersebut.

Lalu Abdullah bin Muhammad penasaran, setelah beliau melihat ternyata Abu Qilabah kedua tangannya lumpuh, kedua kakinya juga lumpuh beliau tuli dan bisu akhirnya Abdullah bin Muhammad bertanya: Aku mendengar engkau berkata:”Ya, Allah. Tunjukilah aku agar aku bisa memujimu, sehingga aku bisa menunaikan rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan engkau sungguh telah melebihkan aku di atas kebanyakan makhluk yang telah engkau ciptakan’. Nikmat manakah yang telah Allah anugerahkan kepadamu, sehingga engkau memuji Allah atas nikmat tersebut? Kelebihan apakah yang telah Allah anugerahkan kepadamu, sehingga engkau menysukurinya?”.
Abu Qilabah Al-Jarmi menjawab:”Tidakkah engkau melihat yang telah dilakukan Robbku kepadaku? Demi Allah, seandainya Ia mengirim halilintar kepadaku sehingga membakar tubuhku, atau memerintahkan gunung-gunung untuk menindihku sehingga menghancurkan tubuhku, atau memerintahkan laut untuk menenggelamkan aku, atau memerintahkan bumi untuk menelan tubuhku, maka tidaklah semua itu, kecuali semakin membuat aku bersyukur kepada-Nya, karena Ia telah memberikan kenikmatan kepadaku berupa lidahku ini”. 

Segala musibah yang menimpa Abu Qilabah Al-Jarmi itu menjadi ringan ketika lisannya senantiasa mengingat dan memuji kepada Allah Subhanahu wata’ala serta hatinya senantiasa bergantung kepada Allah. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”. (QS. Ar-Ra’du: 28).  Walaupun dunia diharamkan untuk kita jangan resah dan gelisah serta khawatir selama kita masih mengingat Allah Subhanahu wata’ala

Diantara doa yang diucapkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam:

وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا، وَلَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا

Ya Allah, Janganlah engkau jadikan musibah yang menimpa kami dalam urusan agama kami, dan jangan pula engkau jadikan (harta dan kemewahan) dunia sebagai cita-cita kami yang paling besar, dan tujuan utama dari ilmu yang kami miliki.(HR. At-Tirmidzi).

jika musibah menimpa dunia, harta  dan badan kita kemudian kita bersabar maka akan menjadi ladang pahala bagi kita namun jangan sampai musibah itu menimpa agama kita maksudnya adalah musibah yang menjadikan kita jauh dari Allah Subhanahu wata’ala yaitu ketika seseornag tidak lagi mengenal tuhannya.

Salah seorang salaf pernah suatu ketika ia terlambat untuk melaksanakan sholat berjama’ah dengan kaum muslimin ia kemudian berkata:”Manakah orang –orang  yang kemarin memberikan ta’siah dan menghiburku ketika anakku meninggal, tidakkah mereka tahu bahwa kesedihanku saat ini lebih besar dibandingkan dengan kematian anakku“, maksudnya yaitu ketika ia luput untuk mengerjakan keta’atan kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Jadi ketenangan, sakinah didapatkan dengan mengenal Allah, berdzikir kepadanya, mengerjakan perintah dan menjauhi larangannya, ruku dan sujud kepadanya, tilawah Al-Qur’an, berjalan ke masjid, mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran dan berbuat baik kepada sesama. inilah kebahagiaan dunia yang akan mengantarkan kita ke dalam surga.

Kesimpulan

  1. Didalam keta’atan didapatkan sa’dah dan ketenangan
  2. Serahkan segala urusan kita kepada Allah Subhanahu wata’ala karena boleh jadi kita membenci sesuatu namun dibalik itu ada kebaikan yang diinginkan oleh Allah Subhanahu wata’ala
  3. Tidaklah Allah menguji hambanya melainkan untuk mengangkat derajatnya dan pada hari kiamat nanti dihapuskan dosa – dosanya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya”. (HR. Al-Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573).

Selama kita hidup didunia ini kita akan senantiasa mendapatkan ujian dari Allah Subhanahu wata’ala sebagaimana penegasan Allah didalam Al-Qur’an :

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,”Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al Baqarah:155-157).

Wallahu A’lam Bish Showaab


Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Rabu, 24 Syawal 1438 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : https://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

ID LINE :  http://line.me/ti/p/%40nga7079p

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.