spot_img

Kitabul Jami’, Hadist Ke 2 (Lihatlah Orang Yang Dibawah)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dalam hadist disebutkan:

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ. (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ).

Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu berkata:“Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Lihatlah orang yang berada di bawah kalian dan jangan melihat orang yang berada di atas kalian, karena hal itu lebih pantas agar kalian tidak menganggap rendah nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada kalian”. (Muttafaq ‘Alaihi).

Ini merupakan tips nabawi bagaimana kita mensyukuri nikmat Allah yaitu senantiasa melihat ke bawah dalam urusan dunia dan jangan melihat ke atas, mungkin ada yang bertanya:”Bagaimana dengan persaingan yang sehat dalam urusan dunia”, jawab:”Tidak mengapa bersaing dengan sehat dalam urusan dunia akan tetapi jangan sampai persaingan itu menjadikan kita hasad, menjadikan kita tamak, menjadikan kita rakus dan menjadikan kita menghalalkan berbagai macam cara karena merupakan hal yang dilarang dalam agama kita“.

Al Hasan Al Basri Rahimahullah pernah mengatakan:”Jika engkau melihat ada orang yang menyaingimu dalam urusan dunia maka saingi dia dalam urusan akhirat“. Dalam riwayat yang lain berikan saja ke lehernya atau ke tengkuknya, akan tetapi jika bersaing secara sehat dalam bisnis yang baik kemudian ingin memperluas binis kita dengan membuka cabang dimana – mana maka hal ini tidak mengapa dan tidak dilarang, yang paling penting adalah perbaiki niat dan niat yang paling utama bagaimana kita menjadikan dunia sebagai jembatan untuk akhirat, sebagaimana perkataan Imam As Syafii Rahimahullah:”Sesungguhnya Allah memiliki hamba – hamba yang cerdas ia menceraikan dunia dan takut dengan fitnah dunia dia melihat dunia itu setelah ia yakin bahwasanya sesungguhnya dunia itu bukan tempat selamanya, ia menjadikan dunia itu ibaratnya seperti lautan dan ia menjadikan perahunya amalan – amalan sholeh“. Ini nasehat yang ditulis dengan tinta emas tentang bagaimana kita menyikapi dunia.

Adapun dalam urusan akhirat kita melihat orang yang berada diatas kita dan jangan melihat orang yang berada dibawah kita, misalnya ada saudara kita yang rajin ke masjid sholat berjama’ah kemudian kita berkata:”Kenapa saya tidak bisa, saya punya kaki seperti dia, saya bisa berjalan seperti dia, saya sehat seperti dia, mengapa saya tidak”, dan yang lain seperti orang yang rajin bersedekah kita berkata kepada diri kita sendiri:“Kenapa saya tidak bisa, saya juga bisa bersedekah seperti dia”, dan inilah yang dilakukan oleh para sahabat dimana mereka berlomba dalam kebaikan, Umar Radhiyallahu ‘anhu senantiasa berlomba dengan Abu Bakar As Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu, ia melihat bahwasanya Abu Bakar selalu mendahuluinya dalam kebaikan, suatu hari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam meminta kepada para sahabat mengumpulkan sedekah, Umar berkata:”Hari ini saya akan datang kepada Nabi dengan membawa sedekah dan saya akan mengalahkan Abu Bakar As Shiddiq”, akhirnya beliau datang kepada Rasulullah dengan membawa separuh hartanya kemudian diletakkan dihadapan Rasulullah, tidak lama kemudian Abu Bakar As Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu datang kepada Rasulullah dengan membawa seluruh hartanya, Umar ketika membawa hartanya kepada Rasulullah, Rasulullah bertanya kepada Umar:”Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu“, Umar berkata:”Masih ada separuh yang lain Ya Rasulullah”, adapun Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu ketika membawa seluruh hartanya kemudian ditanya:”Apa yang engkau simpan untuk keluargamu”, beliau berkata:”Saya menyimpan untuk mereka Allah dan Rasulnya”, Umar kemudian berkata:”Saya tidak mampu mengalahkan Abu Bakar”.

Orang – orang miskin dizaman Rasulullah datang kepada Rasulullah dengan mengadu atau protes namun protes mereka bukan masalah dunia, akan tetapi mereka datang kepada Nabi protes dari sisi yang lain dengan berkata:”Ya Rasulullah orang- orang kaya telah memborong seluruh pahala, kami sholat mereka juga sholat, kami puasa mereka juga puasa, tetapi mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta yang ia miliki, mereka bisa membebaskan budak, adapun kami ini Ya Rasulullah tidak bisa bersedekah karena kami miskin“, lihatlah bagaimana mereka iri dalam hal kebaikan dan amalan sholeh, akhirnya Rasulullah berkata kepada mereka:”Maukah kalian aku ajarkan sebuah amalan yang dengannya kalian bisa menyamai mereka bahkan mendahului mereka dan tidak ada yang mendahului kalian kecuali melakukan amalan seperti yang kalian lakukan”, Rasulullah mengajarkan kepada mereka dzikir – dzikir setelah sholat (Subhananallah 33 kali, Alhamdulullah 33 kali dan Allahu Akbar 33 kali), mereka kemudian bergembira, namun ketika orang – orang miskin ini datang ke masjid melaksanakan sholat, setelah sholat mereka mengamalkan dzikir tersebut, orang – orang kaya kemudian memperhatikan apa yang dilakukan oleh orang – orang miskin, akhirnya amalan yang dikerjakan oleh orang – orang miskin juga diamalkan oleh orang – orang kaya, setelah itu mereka kembali menemui Rasulullah dan menyampaikan bahwasanya orang – orang kaya juga mengamalkan apa yang mereka amalkan. Akhirnya mereka berkata kepada Rasulullah:”Ajarkan kepada kami amalan yang lain”, Rasulullah berkata kepada mereka:”Itulah keutamaan yang Allah berikan kepada sebagian hambanya”, jadi orang – orang kaya keutamaan yang Allah berikan kepada mereka adalah dengan menggunakan kekayaan mereka untuk ketaatan kepada Allah Subhanahu wata’ala sebagaimana sebagian sahabat Nabi mempergunakan sebagian harta mereka dijalan Allah.

Ketika masa paceklik Ustman Radhiyallahu ‘anhu  memiliki harta yang banyak dan perdagangan yang luar biasa, para pedagang datang kepada beliau dan berkata:”Ya Ustman kami akan membeli barang dagangan yang engkau miliki“, para pedagang ini membeli dari Ustman untuk mereka jual kembali kepada masyarakat dengan harga yang berlipat ganda, ini yang dimaksud dengan ikhtikar yaitu orang yang menyimpan harta nanti ketika orang sangat butuh baru kemudian ia melepasnya ke pasar dan hal ini yang dilarang karena dapat merusak pasar, Ustman kemudian berkata:”Sudah ada yang membeli dengan harga yang tinggi dari kalian”, mereka berkata kepada Ustman:”Ya Ustman kami membeli dengan harga yang lebih tinggi dari apa yang mereka minta darimu”, Ustman mengatakan:”Masih ada lagi yang membeli dengan harga yang lebih tinggi dari kalian”, mereka heran, akhirnya mereka berkata:”Siapa”, Utsman mengatakan:”Allah yang maha kaya yang telah membeli dari saya”, beliau menginfakkan semuanya kepada fakir miskin secara gratis dijalan Allah Subhanahu wata’ala.  

Rasulullah menyuruh kita untuk melihat apa yang berada dibawah kita, Allah memberikan kepada kita begitu banyak nikmat namun kita masih terus mengeluh, Allah memberikan kepada kita 2 mata untuk bisa melihat dan betapa banyak yang tidak bisa melihat, Allah memberikan kepada kita telinga untuk mendengar dan betapa banyak orang yang tuli, Allah memberikan kepada kita lisan untuk berbicara dan betapa banyak orang yang bisu, Allah memberikan kepada kita akal untuk berfikir dan betapa banyak orang – orang yang gila, Allah memberikan kepada kita tangan dan anggota tubuh yang bisa bergerak betapa banyak orang – orang yang lumpuh, Allah memberikan kepada kita rezeki sehingga sampai hari ini masih bisa hidup dan dialah Allah yang menjamin rezeki kita  sampai meninggal dunia, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ الله رضى الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ الله -صلى الله عليه وسلم- «أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا الله وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا الله وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ».

Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘anhu berkata:“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Wahai manusia, bertakwalah kalian kepada Allah dan perbaikilah di dalam mencari (rezeki), karena sesungguhnya setiap yang yang bernyawa tidak akan pernah mati sampai dia menyempurnakan rezekinya, meskipun kadang terlambat datang untuknya, maka bertakwalah kalian kepada Allah dan perbaikilah dalam mencari (rezeki), (yaitu) ambillah apa yang telah dihalalkan tinggalkanlah apa yang telah diharamkan”. (HR. Ibnu Majah).

Allah Subhanahu wata’ala telah menjamin rezeki hambanya sampai ia meninggal dunia bahkan sebelum lahir Allah telah menjaminnya dan dalam mencari rezeki Allah menguji hambanya, barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, Allah akan memberikan ganti dengan yang lebih baik. Rasulullah bersabda:

إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئاً لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ

Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik”. (HR. Ahmad 5: 363. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).

Wallahu a’lam Bish Showaab 

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.