بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Diantara yang termasuk dosa besar adalah menuduh orang lain dengan tuduhan keji dan termasuk perbuatan kezaliman dan orang yang berbuat demikian diancam dengan azab yang pedih sebagaimana sebuah contoh yang Allah Subhanahu wata’ala sebutkan didalam Al-Qur’an kisah tuduhan keji yang paling besar yang senantiasa kita baca didalam Al-Qur’an yaitu kisah tuduhan Aisyah Radhiyallahu ‘anha istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika beliau kembali dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya dalam sebuah perjalanan, Aisyah Radhiyallahu ‘anha tertinggal di jalan dengan hikmah dan alasan yang di inginkan oleh Allah Subhanahu wata’ala beliau kemudian didapati oleh sahabat Sofwan Ibnu Muatil Radhiyallahu ‘anhu.
Ketika melihat Aisyah Radhiyallahu ‘anha dalam keadaan sendiri dikegelapan malam dan kata Aisyah Radhiyallahu ‘anha:”Beliau pernah melihatku sebelum diturunkan ayat hijab“, jadi Aisyah Radhiyallahu ‘anha dalam keadaan tidur karena beliau dalam keadaan capek dan lelah dan beliau tidak terbangun kecuali mendengarkan istirjanya Sofwan Ibnu Muatil Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:”Innalillahi wainna ilaihi rojiun, istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam“, Aisyah Radhiyallahu ‘anha langsung menutup wajahnya, Sofwan Ibnu Muatil Radhiyallahu kemudian mendudukkan kendaraannya beliau berada didepan kata Aisyah Radhiyallahu ‘anha:”Demi Allah, Tak satu kata pun yang keluar dari mulutnya kecuali perkataan tadi (Istirja)”. Akan tetapi kesempatan itu digunakan oleh orang – orang munafik, oleh karenanya berdusta kepada orang lain merupakan ciri dan sifat orang munafik.
Ketika Sofwan Ibnu Muatil Radhiyallahu dan Aisyah Radhiyallahu ‘anha tiba di kota madinah dilihat oleh Abdullah Bin Ubay Bin Salul yang merupakan gembong (pembesar) orang – orang munafik maka disebarkanlah berita dusta tersebut selama satu bulan lebih, kota madinah pada waktu itu dalam keadaan goncang dengan berita fitnah tersebut, sampai Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam hampir percaya dengan fitnah tersebut karena terlambat turun wahyu dari Allah Subhanahu wata’ala, namun dengan hikmah yang diinginkan oleh Allah Subhanahu wata’ala, Allah Subhanahu wata’ala kemudian menurunkan firmannya untuk membela Aisyah Radhiyallahu ‘anha dan menghinakan orang – orang munafik yang menyebarkan berita fitnah keji tersebut, Allah Azza Wa jalla berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ ۚ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ ۖ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۚ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ ۚ وَالَّذِي تَوَلَّىٰ كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar”. (QS. An Nur: 11).
Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu (hal ini merupakan hiburan bagi yang tertuduh dengan fitnah keji yaitu Aisyah Radhiyallahu ‘anha_penj).
Walaupun nama baiknya Aisyah Radhiyallahu ‘anha sudah rusak dan tersebar dikota madinah akan tetapi Allah Subhanahu wata’ala maha adil , tidak tidur dan lalai, Allah Subhanahu wata’ala melihat semua yang terjadi, dan setiap yang menyebarkan kata dusta (hal ini berlaku secara umum, makanya berhati – hati menyebarkan hoaks karena hal ini tidak hanya berlaku pada kasusnya Aisyah Radhiyallahu ‘anha),
Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya (jadi masing-masing yang menyebarkan firnah keji mendapatkan dosa dan yang paling banyak memikul dosanya adalah Abdullah Bin Ubay Bin Salul karena dia menjadi penyebab awal munculnya fitnah keji tersebut). Oleh karenanya berhati-hatilah dari sebab terbukanya dosa jariyah karena kita akan mendapatkan dosa dari setiap yang mengikutinya sebagaimana Abdullah Bin Ubay Bin Salul.
Diakhir ayat Allah Subhanahu wata’ala berfirman:Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar, jadi yang ikut mengambil bagian dalam menyebarkan berita fitnah keji atau hoaks juga mendapatkan azab dari Allah Subhanahu wata’ala“.
Oleh karenanya sifat kita sebagai orang beriman jika datang berita tentang saudara kita apatah lagi kita tahu bahwa dia adalah orang yang baik jangan langsung percaya bahkan tutupi aib saudara kita karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ
“Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya”, (HR. Al-Bukhary no. 2442 dan Muslim no. 2580 dari hadits Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, serta Muslim no. 2699 dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu –pent)
Adapun yang membuka aurat saudaranya maka Allah Subhanahu wata’ala akan menyingkap auratnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
“Wahai sekian orang yang beriman dengan lidahnya dan hatinya belum dimasuki iman, janganlah kalian menggunjing orang-orang muslim dan jangan membuntuti aurat mereka. Karena barangsiapa yang suka membuntuti aurat mereka, maka Allah akan membuntuti auratnya. Dan barangsiapa yang dibuntuti auratnya oleh Allah, maka Dia akan membeberkannya di dalam rumahnya”.(HR.Ahmad, 4/420 dan Abu Daud, 4880).
Sesungguhnya doa orang yang terdzalimi dan terfitnah terkabul disisi Allah Subhanahu wata’ala dan didalam sejarah banyak disebutkan bagaimana orang – orang dituduh tanpa ada alasan yang jelas atau karena kedustaan mereka kemudian berdoa kepada Allah Subhanahu wata’ala dan doanya dikabulkan, Rasulullah Shallallah ‘alaihi wasallam bersabda:
“Dan takutlah akan doa orang yang terzalimi, karena tidak ada satu penghalang pun di antara doanya dan Allah“. (HR Al-Bukhari dan Muslim), bahkan ketika doa orang terdzalimi diangkat kelangit Allah Subhanahu wata’ala kemudian bersumpah dan mengatakan:”Demi kekuasaanku dan demi kemuliaanku aku akan menolongmu walaupun setelah waktu yang lama“.
Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)
@Rabu, 24 Jumadil Akhir 1438 H
Fanspage : Harman Tajang
Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/
Website : https://mim.or.id
Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar
Telegram : https://telegram.me/infokommim
Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/
ID LINE : http://line.me/ti/p/%40nga7079p
Lantas apa balasan orang yang menuduh tanpa bukti tersebut?
[…] (5) ““Jika semua orang diberi hak (hanya) dengan dakwaan (klaim) mereka (semata), niscaya (akan) banyak orang yang mendakwakan (mengklaim) harta orang lain dan darah-darah mereka. Namun, bukti wajib didatangkan oleh pendakwa (pengklaim), dan sumpah harus diucapkan oleh yang dituduh” (HR Baihaqi) https://mim.or.id/dosa-besar-menuduh-tanpa-bukti/ […]
Kasian orang yang memfitnah tanpa ada ya bukti..apa hukumannya bagi orang yang mefitnah tanpa ada bukti..
Kalalu saya di tuduh kakak saya di tuduh mencuri uang tapi saya sabar kakak saya menuduh tanpa bukti saya sampe di gebuk habis habis an dan ibuk saya malah membela kakak saya dan saya waktu di gebuk itu saya bilang aku sumpah tidak mencuri uang…balas dong komen aku hukum nya kakak saya apa