spot_img

Tadabbur Keutamaan Surah Al-Ikhlas

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Salah seorang ulama pernah berkata:”Ajarkanlah anakmu Al-Qur’an niscaya Al-Qur’an akan akan mengajarkan segalanya”. Segala sesuatu didalam Al-Qur’an yang kita butuhkan telah dijelaskan oleh Allah Subhanahu wata’ala namun  banyak diantara manusia yang tidak menyadari nikmat yang besar yang terkandung dalam Al-Qur’an. Surah Al-Ikhlas terdiri dari 4 ayat, Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ ﴿٤

Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia“. (QS. Al-Ikhlas : 1-4).

Surah ini termasuk diantara surah yang dibaca oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sholat sunnah yaitu sebelum sholat subuh yang disebut dengan sholat fajr, Rasulullah bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

Dua raka’at fajar (shalat sunnah qobliyah shubuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya”. (HR. Muslim no. 725).

Beliau membaca pada rakaat pertama surah Al-Kafirun dan yang kedua surah Al-Ikhlas, beliau juga membacanya pada sholat sunnah setelah sholat magrib dan setelah selesai melakukan tawaf haji. Sebagian ulama kita mengatakan disunnahkan membaca surah Al-Kafirun pada rakaat pertama dan pada rakaat kedua surah Al-Ikhlas khususnya pada sholat subuh karena membaca surah Al-Kafirun mengingatkan kita tentang makna tauhid kepada Allah Subhanahu wata’ala adapun surah Al-Ikhlas mengingatkan kita keikhlasan dari segala amalan yang kita lakukan setiap harinya karena amalan yang kita lakukan disisi Allah Subhanahu wata’ala yang diterima adalah amalan yang penuh dengan keikhlasan.

Ada beberapa riwayat yang menyebutkan sebab diturunkannya surah Al-Ikhlas sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah:”Dengan mengetahui sebab turunnya suatu ayat atau surah maka kita akan mengetahui kandungan dari ayat yang diturunkan tersebut“, oleh karenanya mengetahui asbabul nuzul turunnya ayat ini termasuk diantara ilmu yang diberikan oleh para ulama kita bahkan mereka membuat buku khusus untuk menjelaskan hal tersebut.

Tidak semua ayat dan surah diturunkan karena sebab secara khusus, karena AL-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah ada yang disebut dengan Ibtidaiyyah dan ada yang disebut dengan Sababiyyah adapun Ibtidaiyyah diturunkan kepada Rasulullah untuk menjelaskkan hukum – hukum yang perlu diketahui oleh kaum muslimin dan yang kedua ada yang disebut dengan Sababiyyah yaitu ayat atau surah yang diturunkan karena sebab secara khusus dan jumlahnya tidak terlalu banyak dan lebih banyak yang Ibtidaiyyah, dengan mengatahui sebab turunnnya ayat atau surah akan menambah tadabbur, tafakkur  serta pemahaman kita pada ayat tersebut.

Diantara riwayat yang menyebutkan Ababul Nuzul surah Al-Ikhlas sebagai berikut:
  1. Dalam hadist sahabat yang mulia Ubay bin Kaab Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya orang – orang musrik pernah berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam:”Wahai Muhammad coba sebutkan nasab tuhanmu kepada kami”, dari pertanyaan orang musrik diatas menunjukkan kejahilan dan kebodohan maka Allah Subhanahu wata’ala menurukan surah ini (Al-Ikhlas).
  2. Berkata Ikrimah seorang ulama hadist murid dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu ketika orang – orang yahudi berkata uzair adalah anak  Allah dan orang – orang nasrani juga berkata Isa Al Masih anak Allah dan setiap diantara mereka berkata:”kami menyembah tuhan kami, (orang yahudi menyembah uzairan dan nasrani menyembah Al Masih dan orang –orang musrik berkata:”Kami menyembah berhala”, orang – orang majusi berkata:”Kami menyembah matahari dan bulan”, maka Allah Subhanahu wata’ala menurunkan surah Al-Ikhlas.
  3. Dalam riwayat imam Ad-Dhakhak Rahimahullah bahwasanya orang – orang Quraisy mengirim untusan yang bernama Amir bin At Thufail untuk menjumpai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk bertanya, Amir bin At Thufail berkata:”Ya Muhammad engkau telah mencerai beraikan kabilah kami dan engkau telah membuyarkan segala angan – angan kami dan engkau telah mencela agama nenek moyangmu, ya Muhammad apa yang engkau inginkan, jika engkau fakir kami akan memberikan harta kepadamu, jika engkau gila kami akan mengobatimu, jika engkau menginginkan seorang wanita silahkan engkau memilih wanita dari kami dan kami akan menikahkan denganmu”, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:”Sesungguhnya saya tidak fakir, saya tidak gila, saya tidak menginginkan seorang wanita saya cuma utusan dari Allah Subhanahu wata’ala yang mengajak kalian untuk menyembahnya agar kalian berlepas diri dari berhala – berhala yang kalian sembah”. Amir bin At Thufail ini kembali kepada kaumnya dan ketika Amir bin At Thufail menyampaikan kepada kaumnya dari apa yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam maka kembali mereka mengutus Amir bin At Thufail dengan pertanyaan lain beliau bertanya:”Wahai Muhammad, coba sebutkan atau sifatkan ciri – ciri tuhanmu kepada kami apakah ia terbuat dari emas atau dari perak , dari besi, dari kayu”, kemudian Allah Subhanahu wata’ala menurunkan surah Al-Ikhlas dan menjelaskan kepada mereka siapa sebenarnya Allah Subhanahu wata’ala  yang satu – satunya disembah.

Inilah beberapa riwayat sebab turunnya surah Al–Ikhlas sebagaimana disebutkan dalam riwayat – riwayat yang  Shahihah  bahwasanya mereka meminta kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mensifatkan siapa tuhan yang kepadanyalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyeruh untuk disembah dan tidak dipersekutukan dengan sesuatu apapun.

Keutamaan Membaca Surah Al –Ikhlas

Adapun keutamaan dari surah Al-Ikhlas disebutkan dalam beberapa riwayat hadist berikut:

  1. Dari istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha:

أَنَّ النَّبِيَّ بَعَثَ رَجُلاً عَلَى سَرِيَّةٍ، وَكَانَ يَقْرَأُ لأَصْحَابِهِ فِي صَلاَتِهِ، فَيَخْتِمُ بِـ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ، فَلَمَّا رَجَعُوا، ذَكَرُوا ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ ، فَقَالَ: ((سَلُوْهُ، لأَيِّ شَيْءٍ يَصْنَعُ ذَلِكَ؟))، فَسَأَلُوْهُ، فَقَالَ: لأَنَّهَا صِفَةُ الرَّحْمَنِ، وَأَنَا أُحِبُّ أَنْ أَقْرَأَ بِهَا، فَقَالَ النَّبِيُّ : ((أَخْبِرُوْهُ أَنَّ اللهَ يُحِبُّهُ)).

Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus seseorang kepada sekelompok pasukan, dan ketika orang itu mengimami yang lainnya di dalam shalatnya, ia membaca, dan mengakhiri (bacaannya) dengan قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ, maka tatkala mereka kembali pulang, mereka menceritakan hal itu kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau pun bersabda:“Tanyalah ia, mengapa ia berbuat demikian?” Lalu mereka bertanya kepadanya. Ia pun menjawab:“Karena surat ini (mengandung) sifat ar Rahman, dan aku mencintai untuk membaca surat ini,” lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“Beritahu dia, sesungguhnya Allah pun mencintainya”. (HR. Al Bukhari, 6/2686 no. 6940; Muslim, 1/557 no. 813; dan lain-lain).

Jadi sahabat diatas banyak membaca surah Al-Ikhlas karena mentadabburi surahnya dan kandungan ayatnya karena dalam surah ini disebutkan sifat Allah Subhanahu wata’ala sehinga ia  suka untuk membacanya.

  1. Hadits Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata :

    كَانَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ يَؤُمُّهُمْ فِي مَسْجِدِ قُبَاءٍ، وَكَانَ كُلَّمَا اِفْتَتَحَ سُوْرَةً يَقْرَأُ بِهَا لَهُمْ فِي الصَّلاَةِ مِمَّا يَقْرَأُ بِهِ، اِفْتَتَحَ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ، حَتَّى يَفْرَغَ مِنْهَا. ثُمَّ يَقْرَأُ سُوْرَةً أُخْرَى مَعَهَا، وَكَانَ يَصْنَعُ ذَلِكَ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ. فَكَلَّمَهُ أَصْحَابُهُ، فَقَالُوا: إِنَّكَ تَفْتَتِحُ بِهَذِهِ السُّوْرَةِ، ثُمَّ لاَ تَرَى أَنَّهَا تُجْزِئُكَ حَتَّى تَقْرَأَ بِأُخْرَى، فَإِمَّا تَقْرَأُ بِهَا، وَإِمَّا أَنْ تَدَعَهَا وَتَقْرَأَ بِأُخْرَى. فَقَالَ: مَا أَنَا بِتَارِكِهَا، إِنْ أَحْبَبْتُمْ أَنْ أَؤُمَّكُمْ بِذَلِكَ فَعَلْتُ، وَإِنْ كَرِهْتُمْ تَرَكْتُكُمْ. وَكَانُوا يَرَوْنَ أَنَّهُ مِنْ أَفْضَلِهِمْ، وَكَرِهُوا أَنْ يَؤُمَّهُمْ غَيْرُهُ. فَلَمَّا أَتَاهُمْ النَّبِيُّ n أَخْبَرُوْهُ الخَبَرَ، فَقَالَ: ((يَا فُلاَنُ، مَا يَمْنَعُكَ أَنْ تَفْعَلَ مَا يَأْمُرُكَ بِهِ أَصْحَابُكَ؟ وَمَا يَحْمِلُكَ عَلَى لُزُوْمِ هَذِهِ السُّوْرَةِ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ؟)) فَقَالَ: إِنِّي أُحِبُّهَا، فَقَالَ: ((حُبُّكَ إِيَّاهَا أَدْخَلَكَ الْجَـنَّةَ)).

    Seseorang (sahabat) dari al Anshar mengimami (shalat) mereka (para shahabat lainnya) di Masjid Quba. Setiap ia membuka bacaan (di dalam shalatnya), ia membaca sebuah surat dari surat-surat (lainnya) yang ia (selalu) membacanya. Ia membuka bacaan surat di dalam shalatnya dengan قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ, sampai ia selesai membacanya, kemudian ia lanjutkan dengan membaca surat lainnya bersamanya. Ia pun melakukan hal demikan itu di setiap raka’at (shalat)nya. (Akhirnya) para sahabat lainnya berbicara kepadanya, mereka berkata: “Sesungguhnya engkau membuka bacaanmu dengan surat ini, kemudian engkau tidak menganggap hal itu telah cukup bagimu sampai (engkau pun) membaca surat lainnya. Maka, (jika engkau ingin membacanya) bacalah surat itu (saja), atau engkau tidak membacanya dan engkau (hanya boleh) membaca surat lainnya”. Ia berkata:“Aku tidak akan meninggalkannya. Jika kalian suka untuk aku imami kalian dengannya, maka aku lakukan. Namun, jika kalian tidak suka, aku tinggalkan kalian,” dan mereka telah menganggapnya orang yang paling utama di antara mereka, sehingga mereka pun tidak suka jika yang mengimami (shalat) mereka adalah orang selainnya. Sehingga tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi mereka, maka mereka pun menceritakan kabar (tentang itu), lalu ia (Nabi) bersabda: “Wahai fulan, apa yang menghalangimu untuk melakukan sesuatu yang telah diperintahkan para sahabatmu? Dan apa pula yang membuatmu selalu membaca surat ini di setiap raka’at (shalat)?” Dia menjawab:”Sesungguhnya aku mencintai surat ini,” lalu Rasulullah n bersabda:“Cintamu kepadanya memasukkanmu ke dalam surga”. (HR. Al Bukhari, 1/268 no. 741; at Tirmidzi, 5/169 no. 2901; Ahmad, 3/141 no. 12455; dan lain-lain).

Keutamaan yang sangat besar, surah yang sangat pendek yang terdiri dari 4 ayat yang barangsiapa cinta membacanya dan suka membacanya maka akan menjadi sebab dicintai oleh Allah Subhanahu wata’ala sehingga dimasukkan ke dalam surga, kecintaan Allah kepada hambanya tentu adalah hal yang paling diinginkan oleh setiap manusia karena barangsiapa yang cinta kepada Allah sebagaimana dalam hadist Qudsi:

عَنْ أَبِـيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللّـهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «إِنَّ اللهَ تَعَالَـى قَالَ : مَنْ عَادَى لِـيْ وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْـحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَـيَّ مِمَّـا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَـيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِيْ بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِيْ لَأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِـيْ لَأُعِيْذَنَّهُ».

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman:”Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku, Aku pasti melindunginya”. (HR. Imam Bukhari, no. 6502; Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya’ , I/34, no. 1; al-Baihaqi dalam as-Sunanul Kubra, III/346; X/219 dan al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, no. 1248, dan lainnya).

  1. Hadits Abu Sa’id al Khudri Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

    أَنَّ رَجُلاً سَمِعَ رَجُلاً يَقْرَأُ: قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ يُرَدِّدُهَا، فَلَمَّا أَصْبَحَ جَاءَ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ ، فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ، وَكَأَنَّ الرَّجُلَ يَتَقَالُّهَا، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ : ((وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ، إِنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ القُرْآنِ.

    Sesungguhnya seseorang mendengar orang lain membaca قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ dengan mengulang-ulangnya, maka tatkala pagi harinya, ia mendatangi Rasulullah  dan menceritakan hal itu kepadanya, dan seolah-olah orang itu menganggap remeh surat itu, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam : “Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sesungguhnya surat itu sebanding dengan sepertiga Al-Qur`an”. (HR. Al Bukhari, 4/1915 no. 4726, 6/2449 no. 6267, 6/2685 no. 6939; Abu Dawud, 2/72 no. 1461).

ini menunjukkan bagaimana kecintaan sahabat tersebut kepada Al-Qur’an. Semalam suntuk dengan satu pekerjaan menunjukkan kecintaannya terhadap apa yang ia kerjakan , sebagaimana anak – anak ketika bermain game semalam suntuk menunjukkan mereka telah kecanduan dan cinta kepada permainan tersebut adapun kita semoga dijadikan kecanduan terhadap AL-Qur’an.

  1. Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

    قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : ((اِحْشِدُوْا فَإِنِّي سَأَقْرَأُ عَلَيْكُمْ ثُلُثَ القُرْآنِ))، فَحَشَدَ مَنْ حَشَدَ، ثُمَّ خَرَجَ نَبِيُّ اللهِ فَقَرَأَ: قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ، ثُمَّ دَخَلَ، فَقَالَ بَعْضُنَا لِبَعْضٍ: إِنِّي أَرَى هَذَا خَبَرٌ جَاءَهُ مِنَ السَّمَاءِ، فَذَاكَ الَّذِي أَدْخَلَهُ، ثُمَّ خَرَجَ نَبِيُّ اللهِ فَقَالَ: ((إِنِّي قُلْتُ لَكُمْ سَأَقْرَأُ عَلَيْكُمْ ثُلُثَ القُرْآنِ، أَلاَ إِنَّهَا تَعْدِلُ ثُلُثَ القُرْآنِ)).

    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berkumpullah kalian, karena sesungguhnya aku akan membacakan kepada kalian sepertiga al Qur`an,” maka berkumpullah orang yang berkumpul, kemudian Nabiyullah Shallallahu ‘alaihi wa asllam keluar dan membaca قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ (surat al Ikhlash, Red), kemudian beliau masuk (kembali). Maka sebagian dari kami berkata kepada sebagian yang lain: “Sesungguhnya aku menganggap hal ini kabar (yang datang) dari langit, maka itulah pula yang membuat beliau masuk (kembali),” lalu Nabiyullah Shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dan bersabda: “Sesungguhnya aku telah berkata kepada kalian akan membacakan sepertiga al Qur`an. Ketahuilah, sesungguhnya surat itu sebanding dengan sepertiga Al- Qur`an”. (HR. Muslim, 1/557, no. 812; at Tirmidzi, 5/168 no. 2900; dan lain-lain).

Apa yang dimaksud dengan sepertiga Al-Qur’an menurut ulama, pendapat pertama: bagi mereka yang tidak bisa membaca selain dari surah itu seperti orang – orang awam banyak diantara mereka tidak menghafal surah yang lain kecuali surah Al – Ikhlas, atau orang – orang yang sudah sangat tua dimana kekuatannya lemah maka cukup dengan surah Al-Ikhlas yang ia baca sudah sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an. pendapat yang kedua yang disebutkan oleh para ulama: mereka menyatakan bahwasanya sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an dari ayat – ayat atau surah yang dibaca yang didalamnya tidak disertai dengan surah Al-Ikhlas. Pendapat ketiga yang lebih kuat disebutkan oleh para ulama kita bahwasanya sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an karena subtansi atau isi kandungan dari Al-Qur’an itu terbagi menjadi 3, sepertiga yang pertama adalah kendungan tauhid atau aqidah kemudian sepertiga yang kedua mengandung hukum dan muamalah seperti sholat zakat, puasa menunaikan haji, bersedekah, berbuat baik, jual beli, berbakti kepada kedua orang tua dll, dan sepertiga yang ketiga adalah membahas tentang kisah para Nabi dan Rasul, orang – orang sholeh dan orang – orang yang dibinasakan oleh Allah Subhanahu wata’ala. Para ulama membagi tauhid menjadi 3 yaitu tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah, tauhid asma wa sifat dan ketiga tauhid ini terkandung dalam Surah Al-Ikhlas, jadi inilah menjadi sebab mengapa surah Al -Ikhlas kata Rasulullah sebanding  dengan sepertiga Al-Qur’an.

Berkata Imam Ibnu Rushd Rahimahullah dalam kitabnya Al bayan Wa Tahsil:”Telah bersepakat ulama kita bahwasanya barangsiapa yang membaca “Qul huwallahu ahad” maka pahala dan kandungannya tidak sebanding dengan orang yang menghidupkan malamnya dengan Al-Qur’an seluruhnya”. namun jangan kemudian perkatan atau hadist yang disebutkan diatas menjadikan kita zuhud kepada surah atau ayat – ayat yang lain sehingga hanya menfokuskan surah Al-Ikhlas dan yang lain diabaikan, jadi bedakan antara pahala dan keutamaan karena pahala bisa ia dapatkan adapun keutamaan berbeda ketika ia membaca surah – surah yang lain.

5. Dari Mu’adz bin Anas Al-Juhaniy Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ قَرَأَ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) حَتَّى يَخْتِمَهَا عَشْرَ مَرَّاتٍ بَنَى اللَّهُ لَهُ قَصْراً فِى الْجَنَّةِ

Siapa yang membaca qul huwallahu ahad sampai ia merampungkannya (surat Al-Ikhlas, pen.) sebanyak sepuluh kali, maka akan dibangunkan baginya rumah di surga”. (HR. Ahmad, 3: 437). Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah mengatakan bahwa hadits ini hasan dengan berbagai penguat).

Mendengar hadist diatas Umar Radhiyallahu ‘anhu kemudian bertanya:”Ya Rasulullah  klo begitu boleh kita memperbanyak mahligai dan istana disurga”, Rasulullah berkata:”Perbanyaklah”.

Bersambung (Tadabbur Keutamaan Surah Al-Ikhlas Sesi 2)

Wallahu A’lam Bish Showaab



Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Selasa, 01 Rabiul Akhir 1438 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : https://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

ID LINE :  http://line.me/ti/p/%40nga7079p

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.