spot_img

Nuansa Ramadhan di Markaz Imam Malik

14 Maret 2016

Bismillahirrahmanirrahim

Ramadhan sebentar lagi. Kurang dari 100 hari, Insya Allah kita akan berjumpa dengan bulan yang dirindukan, Bulan Ramadhan. Ramadhan di identik dengan puasa, ramainya masjid dengan shalat berjama’ah, berbuka puasa bersama, serta di identik dengan bulan bersedekah. Mengingat suasana lebaran tahun lalu. Seakan masyarakat menjadikan hari Raya ‘Iduh Fitri sebagai pemutus dari segala bentuk ibadah. Terputursnya ibadah puasa, sunyinya masjid-masjid, sedekah pun menjadi mandek. Mungkin itulah alasan mengapa mata yang Allah titipkan ini meneteskan air disaat menjumpai hari Raya ‘Idul Fitri. Mata menangis karena sebentar lagi ia tidak akan melihat ibadah-ibadah yang ramai dikerjakan dimana-mana.

Diantara sekian banyak manusia, masih ada sekelompok kecil yang terus menghidupkan suasana Ramadhan. Menjadikan setiap bulan adalah Bulan Ramadhan. Ibadah-ibadah terus berkelanjutan hingga ajal menjemput.

Bukan hanya bulan Ramadhan tempat berpuasa.
Bukan hanya bulan Ramadhan tempat shalat berjama’ah.
Bukan hanya bulan Ramadhan tempat bersedekah.
Bukan hanya bulan Ramadhan tempat beribadah.

Namun, sebelas bulan lainnya juga merupakan bulan dianjurkannya berpuasa, Shalat berjama’ah bagi laki-laki wajib di Masjid, memperbanyak bersedekah. Sebelas bulan lainnya juga merupakan bulan dimana setiap detiknya diisi dengan ibadah kepada Allah Subhana Wa Ta’ala.

Menjelang waktu Maghrib di Masjid Nurul Hikma jalan RSI Faisal 14 No. 14, terlihat suasa yang begitu dirindukan, suasana yang begitu indah di pelupuk mata. Suasana yang membuat mata tidak bosan untuk menyaksikan semangat ibadah tersebut. Disaat manusia disibukkan dengan dunia, ternyata masih ada sekelompok yang berkumpul dalam ketaqwaan kepada Allah Azza Wa Jalla. Menjadikan dirinya sebagai hamba yang Rabbani bukan hamba Ramadhan.

Terlihat hamparan piring yang berjejer memanjang dengan berbagai jenis makanan di atasnya, air-air menghiasa sela-sela barisa piring. Hamba-hamba Allah mulai berdatangan menghampiri sambil menunggu aba-aba dari sang muadzin pertanda waktu berbuka telah tiba. Terdengar suara lembut dari bibir yang mulai basah memanjatkan do’a

ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله
/Dzahabaz zhamaa-u wabtalatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insyaa Allah/

(Rasa haus telah hilang, kerongkongan telah basah, semoga pahala didapatkan. Insya Allah)
(HR. Abu Daud no.2357, Ad Daruquthni 2/401,
dihasankan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/232)

Ramadhan di Bulan Maret (5)
Jama’ah berdatangan membawakan hidangan buka puasa layaknya di Bulan Ramadhan
Ramadhan di Bulan Maret (7)
Jama’ah berdatangan membawakan hidangan buka puasa layaknya di Bulan Ramadhan
Ramadhan di Bulan Maret (2)
Santri Tahfizh 1 Tahun Markaz Imam Malik menyiapkan hidangan buka puasa
Ramadhan di Bulan Maret (4)
Santri Tahfizh 1 Tahun Markaz Imam Malik menyiapkan hidangan buka puasa
Ramadhan di Bulan Maret (3)
panjang hidangan buka puasa
Ramadhan di Bulan Maret (6)
Santri Tahfizh 1 Tahun Markaz Imam Malik menyiapkan hidangan buka puasa
Ramadhan di Bulan Maret (8)
Santri Tahfizh 1 Tahun Markaz Imam Malik menyiapkan hidangan buka puasa
Ramadhan di Bulan Maret (10)
Suasana Berbuka puasa sunnah bersama
Ramadhan di Bulan Maret (11)
Suasana Berbuka puasa sunnah bersama
Ramadhan di Bulan Maret (12)
Suasana Berbuka puasa sunnah bersama
Ramadhan di Bulan Maret (13)
Suasana Berbuka puasa sunnah bersama
Ramadhan di Bulan Maret (1)
Suasana Berbuka puasa sunnah bersama

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.